Liputan6.com, Jakarta Bursa Efek Indonesia (BEI) kini memiliki ikon baru yaitu Banteng Wulung. Ikon baru tersebut diluncurkan pada Minggu pagi ini bersamaan dengan kegiatan Stock Code Fun Walk. Namun apa sebenarnya Banteng Wulung ini?
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution dan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang turut hadir dalam acara peluncuran tersebut mengaku sempat bingung dan mencari tahu perihal Banteng Wulung ini.
Darmin mengaku di sela-sela acara, dirinya bersama Sri Mulyani sempat berbincang untuk mengetahui Banteng Wulung. Bahkan Sri Mulyani sampai mencari arti kata Wulung di laman pencarian Google.
Baca Juga
"Saya berbisik-bisik dengan Bu Sri Mulyani, ini Wulung apa? Bu Sri Mulyani sampai Googling," ujar dia di Gedung Bursa Efek (BEI), Jakarta, Minggu (13/8/2017).
Setelah di Googling, lanjut Darmin, ternyata juga tidak menjawab kebingungannya bersama Sri Mulyani. Sebab, Wulung memiliki banyak makna, tergantung dilihat dari bahasa dipakai.
"Ternyata bahasa Jawa beda dengan Sunda, Banten lain lagi. Wulung yang mana. Nanti tolong panitia jelaskan," kata dia.
Direktur Utama BEI Tito Sulistio mengatakan ada filosofi khusus dibalik pemilihan Banteng Wulung sebagai ikon baru BEI. Satwa banteng telah dipakai oleh banyak bursa efek di dunia lantaran mempunyai makna untuk terus tumbuh dan meningkat.
‎"Kenapa banteng? Di dunia, selalu berbicara banteng dan beruang, bull and bear. Banteng itu kalau tanduk selalu ke atas, makanya disebut bullish. Kalau beruang itu ngegaruk ke bawah dan beruang kalau tidur lama makanya disebut bearish. Jadi di seluruh dunia lambang dari bursa diharapkan bullish terus, bull," ujar dia di Gedung BEI.
Banteng Wulung yang menjadi ikon BEI ini juga punya makna tersendiri. Dalam sejarah kerajaan Pasundan, Banteng Wulung digambarkan sebagai satwa yang mampu berlari kencang dan sebagai simbol kesejahteraan.
"Di Amerika ada namanya Charging Bull terbuat dari perunggu. Di China dari perunggu, ada yang dari batu, semuanya banteng. Nah Indonesia itu ada yang namanya Banteng Wulung, sejarah kerajaan Pasundan, bantengnya hitam gesit, larinya kenceng dan menjaga negara, memberikan kesejahteraan. Makanya kita sebut Banteng Wulung," jelas dia.
Berbeda dengan patung banteng di negara lain, Tito mengungkapkan, patung Banteng Wulung karya seniman I Made Budiarsa dibuat dari kayu. Namun tak main-main, kayu tersebut merupakan fosil berusia hingga 5 juta tahun.
"Terbuatnya, kalau negara lain terbuat dari perunggu atau dari batu dan semen, kita kayu yang umurnya sekitar 2,5 juta-5,6 juta tahun. Ditemukan di Banten 30 meter di bawah tanah. Kayu yang sudah memfosil. Kalau di Amerika yang buat itu pematung dari Italia, kita pematung Bali. Jadi benar-benar asli Indonesia, kayunya, pemahatnya, dan bantengnya," ungkap dia.
Selain menjadi ikon baru BEI, patung Banteng Wulung seberat 7 ton dengan harga ditaksi hampir Rp 1 miliar ini diharapkan juga bisa menjadi ikon wisata finansial di ibu kota. "Jadi ini kebudayaan dan ini menjadi ikon pariwisata DKI lainnya," tandas dia.
Advertisement
Tonton video menarik berikut ini: