Sukses

Jurus RNI Dapat Duit dari Ratusan Aset Menganggur

RNI akan menyediakan lahan untuk membangun properti dengan pola kerja sama dengan pihak lain.

Liputan6.com, Tarakan - Sebanyak 155 aset milik PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) berstatus menganggur (idle). Akibatnya, keberadaan aset yang belum produktif itu menambah biaya perusahaan.

“Properti kita ingin optimalkan karena selama ini cost. Kita selalu bayar PBB. Entah nanti jadi apa, tapi paling tidak, kita tidak bayar PBB lagi,” ujar Direktur Utama PT RNI B Didik Prasetyo ditemui di Tarakan, Kalimantan Utara, Sabtu, 12 Agustus 2017.

Untuk itu, RNI bakal menambah pilar bisnis dengan merambah bidang properti. Sedangkan, RNI akan diarahkan menjadi sebuah investment holding dengan anak-anak usaha sebagai pelaksana operasional. Setidaknya ada 50-an aset yang siap diolah.

RNI akan menyediakan lahan untuk membangun properti dengan pola kerja sama dengan pihak lain. Salah satu aset yang menjadi andalan saat ini adalah lahan yang berada di Jalan MT Haryono, Jakarta Timur, seluas 70 hektare, untuk dibangun gedung 17 lantai. Mulai lantai 1-5 bakal dikelola RNI, sedangkan lantai 6-17 dikelola Waskita.

“Kita sharing dengan Waskita Karya. Investasinya Rp 400 miliar,” kata Direktur SDM dan Manajemen Aset PT RNI Djoko Retnadi.

Pihaknya menargetkan ground breaking bisa dilaksanakan pada 21 Agustus 2017 dan pembangunan bisa diselesaikan pada 2019. Bentuk kerja sama dengan pihak ketiga itu adalah joint venture. Target tersebut sebenarnya molor dari target sebelumnya yang akan dimulai pada 2016.

“Mega Kuningan dulu RNI yang bebaskan. Tapi, karena hanya spesialis bebasin lahan, akhirnya dijualin semua. Tapi dari dulu udah punya kompetensi kita pengembang,” kata Djoko.

Didik menerangkan, bisnis properti diharapkan bisa memperkuat kinerja RNI secara keseluruhan. Sebelumnya, perusahaan pelat merah itu hanya memiliki tiga core business, yaitu agroindustri, farmasi dan alat kesehatan, dan trading dan distribusi.

“Justru dengan menambah pilar baru, properti, proporsi akan seimbang. Supaya kalau terjadi seperti sekarang harga jual gula turun, ada yang menopang,” kata Didik.

Awalnya, kontribusi omzet terbesar disumbang oleh produksi gula yang proporsinya antara 45-50 persen. Kini, proporsinya sudah mulai berimbang dengan kontribusi omzet penjualan dari bisnis yang dikelola Nusindo ditargetkan mencapai 55 persen pada tahun ini. RNI menargetkan target penjualan tahun ini Rp 6,3 triliun dari Rp 5 triliun di 2016.

Tonton video menarik berikut ini: