Sukses

Tak Menguntungkan, Garuda Bakal Tutup Rute Eropa?

Pada Semester I 2017 kemarin, Garuda Indonesia mencetak net loss secara keseluruhan US$283,8 juta.

Liputan6.com, Jakarta - Maskapai Garuda Indonesia terus berjuang dalam mengurangi kerugian. Pada Semester I 2017 kemarin, perseroan mencetak net loss secara keseluruhan US$283,8 juta.

Deputi Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang membawahi bisnis Garuda Indonesia, Gatot Tri Hargo pun meminta kepada manajemen Garuda Indonesia untuk segera mengambil langkah-langkah yang efektif demi memperbaiki kondisi keuangan perusahaan.

Gatot mengusulkan kepada Garuda untuk menutup rute ke Eropa "Rute ke Eropa, seperti ke London itu cost-nya besar sekali, tidak sebanding dengan okupansi. Jadi hal-hal semacam ini harus segera dihilangkan," kata Gatot saat berbincang dengan Liputan6.com seperti ditulis Senin (14/8/2017).

Penerbangan ke London, dikatakan Gatot, menggunakan pesawat berbadan lebar jenis Boeing 777. Pesawat ini jika tidak prudent dalam penggunaannya, akan menimbulkan bumerang bagi perusahaan karena biaya operasional cukup tinggi.

Jika dibandingkan maskapai dengan kelas yang sama di berbagai negara, biaya operasional Garuda Indonesia dinilai termasuk yang paling tinggi. Maka dari itu, Kementerian BUMN meminta manajemen Garuda Indonesia untuk melakukan renegosiasi beberapa kontrak baik dengan pabrikan atau dengan lessor.

"Garuda Indonesia itu fokus saja dulu ke pasar penerbangan haji dan umrah, sama ke Asia saja, karena ini pasar sudah jelas," tegas Gatot. 

Sebelumnya pada Mei 2017, Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala N Mansury mengaku pihaknya tengah fokus mengkaji total 20 rute yang selama ini kurang menguntungkan bagi perusahaan.

"Ini sebagai bagian dari kegiatan operasional sebuah maskapai, dari waktu ke waktu kita melakukan review mengenai profitabilitas rute-rute yang kita terbangi selama ini, jadi belum ada keputusan," kata Pahala di Cengkareng, Jumat (5/5/2017).

Pahala menjelaskan 20 rute tersebut terdiri dari 10 rute internasional dan 10 rute domestik. Rute-rute tersebut dikaji bukan berarti akan ditutup semuanya. Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan.

Opsi yang bisa ditempuh perusahaan mulai dari perubahan jadwal, penggantian pesawat dan memastikan terkoneksi dengan penerbangan-penerbangan lainnya. Namun jika hal itu dirasa tidak bisa dilakukan, maka opsi terakhir adalah pengurangan rute atau penutupan rute penerbangan.

Untuk rute internasional, Pahala mencontohkan, beberapa rute penerbangan langsung Garuda Indonesia ke London tidak menguntungkan bagi perusahaan.

Tonton Video Menarik Berikut Ini: