Sukses

BPTJ Kaji Penerapan Ganjil Genap di Tol Cikampek

BPTJ tengah mengkaji pembatasan operasional kendaraan berdasarkan plat nomor ganjil-genap.

Liputan6.com, Jakarta Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) tengah mengkaji pembatasan operasional kendaraan berdasarkan plat nomor ganjil-genap. Wacana kebijakan tersebut merupakan salah satu usulan untuk mengatasi kemacetan di ruas tol Jakarta-Cikampek

Kepala BPTJ, Bambang Prihantono mengungkapkan, kemacetan pada ruas
jalan tol Jakarta-Cikampek telah mencapai titik yang serius karena beriringan dengan pembangunan tol layang, kereta api cepat, dan Light Rapid Transit (LRT) secara bersamaan.

Parahnya lagi, sambung dia, banyaknya kendaraan angkutan barang yang
melaju di bawah ketentuan kecepatan batas minimal juga menambah berat
beban kemacetan di ruas jalan tersebut. Pemerintah perlu mencari solusi serius dari semakin banyaknya volume kendaraan-kendaraan pribadi yang masuk ke ruas tol Jakarta-Cikampek, khususnya dari Bekasi.

"Kita perlu melakukan rekayasa lalu lintas agar lebih baik. Kita pun tengah berupaya memilih cara yang paling tepat dan memberi hasil yang optimal, meski harus memacu perubahan kebiasaan orang dalam bertransportasi," kata Bambang dalam keterangan resmi di Jakarta, Minggu (20/8/2017).

Dari hasil kajian BPTJ, diakui Bambang, ada beberapa terobosan rekayasa lalu lintas yang telah dikoordinasikan dengan Bina Marga, Korlantas, Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), PT Jasa Marga Tbk, dan Operator Angkutan Umum.

Hasil koordinasi tersebut, lanjutnya, disepakati ada tiga strategi penanganan macet yang dapat diterapkan pada ruas jalan tol tersebut. Yakni, konsep penerapan jalur khusus angkutan umum di ruas jalan tol Bekasi Barat-Semanggi, re-routing angkutan barang, dan penerapan ganjil genap di akses masuk tol Bekasi Barat.

"Saat ini kita tengah mengkaji sistem kendaraan nomor ganjil beroperasi pada tanggal ganjil, nomor genap pada tanggal genap. Itu khusus berlaku di akses masuk pintu tol Bekasi Barat pada pagi hari mulai pukul 06.00-09.00 WIB," tutur Bambang.

Guna mendukung pembatasan operasional kendaraan ganjil genap tersebut,
ucapnya, perlu disediakan angkutan umum yang memadai dan tempat parkir
di sekitar wilayah pintu tol Bekasi Barat, antara lain di Mega Bekasi, Mall Metropolitan, Summarecon Bekasi dan Stadion Patriot.

Bambang menggambarkan bila separuhnya dari pengguna kendaraan pribadi
tersebut beralih ke angkutan umum, dengan asumsi satu kendaraan bermuatan 1,5 orang, maka akan ada 3.300 orang yang berpindah ke
angkutan umum.

"Bila kita bisa menarik 3.300 pengguna mobil pribadi pindah ke angkutan umum, luar biasa itu. Pasti ruas jalan tol Jakarta-Cikampek akan lebih baik," tegasnya.

Upaya pembatasan dengan sistem ganjil genap, menurutnya juga akan
bersifat sementara.

"Bila situasi kemacetan telah terurai dengan sendirinya karena pembangunan infrastruktur transportasi telah selesai, maka aturan bisa dicabut kembali. Masyarakat Bekasi kan jadinya sudah punya banyak alternatif ya," jelasnya.

Sementara itu, Bambang menambahkan, untuk strategi pemberian prioritas
angkutan umum di jalan tol ruas Jakarta-Cikampek telah dilakukan ujicoba rute khusus bus Transjabodetabek dari Summerecon menuju Bundaran Hotel Indonesia (HI).

Alasan mengambil asal perjalanan dari Bekasi Barat dikarenakan akses
tol Bekasi Barat sangat padat, yaitu mencapai 4.397 unit kendaraan pribadi hanya dalam waktu 3 jam dari pukul 05.00-08.00 WIB. Selain itu sudah tersedia infrastruktur halte angkutan umum yang dekat dengan akses tol.

Konsep penerapan jalur khusus ini telah didukung oleh PT Jasa Marga dengan memberikan informasi melalui VMS bahwa pada pukul 06.00-09.00 WIB bahu jalan Bekasi Barat-Cawang diutamakan untuk bus Transjabodetabek.

"Dari hitung-hitungan, untuk antisipasi perpindahan pengguna kendaraan pribadi ke angkutan umum, disediakan 66 unit bus kelas premium," tutup Bambang.