Liputan6.com, Jakarta Desa Ponggok, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah menjadi salah satu contoh desa yang berhasil mengelola dana desa. Bahkan keberhasilan tersebut mendapat pengakuan dari Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Kepala Desa Ponggok Junaedhi Mulyono mengatakan, alokasi dana desa yang disalurkan pemerintah salah satunya digunakan untuk pengembangan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Hadirnya BUMDes ini mampu mendongkrak pendapatan masyarakat di desa tersebut.
"(Sebagai contoh) Warung itu fasilitas dari BUMDes untuk masyarakat berdagang, dari dana desa di 2015. Dana desa 2015 Rp 300 juta sekian, kemudian Rp 600 juta, sekarang Rp 800 juta. Mimpinya mengembangkan holding yang ada di BUMDes," ujar dia di Klaten, Jawa Tengah, Rabu (23/8/2017).
Advertisement
Dari pengembangan BUMDes ini, lanjut dia, pada 2016 berhasil membukukan keuntungan sebesar Rp 3 miliar. Dari keuntungan tersebut sebagian dikembalikan lagi sebagai penerimaan desa.
"Di 2016 kami dapat keuntungan Rp 10,3 miliar, itu 30 persennya untuk desa. Kementerian desa sudah MoU Dengan Bulog juga untuk membentuk holding," lanjut dia.
Melalui penerimaan yang didapatkan, desa memiliki program sosial guna membantu ekonomi masyarakat. Salah satunya yaitu dalam bidang pendidikan di mana setiap mahasiswa di dalam satu kepala keluarga (KK) mendapatkan bantuan dana sebesar Rp 300 ribu per bulan.
"Kami punya program satu rumah satu mahasiswa jadi kami subsidi 300 ribu per bulan. Kami juga sudah punya ATM semua penduduknya jadi tinggal transfer saja. Satu rumah satu sarjana itu juga keprihatinan kami, sekarang ada 43 sarjana di desa," jelas dia.
Ekonomi Tumbuh
Perkembangan perekonomian di Desa Ponggok, lanjut dia, juga berimbas pada pendapatan masyarakatnya. Selain itu, harga tanah di desa tersebut kini melambung tinggi.
"BUMDes awalnya cuma 3 orang sekarang 82 orang dengan gaji di atas UMR Rp 1,2 juta-Rp 1,3 juta. Semua sudah BPJS dibayar dari sini. Dan dulu di sini tanah dijual Rp 10 ribu per meter tidak laku sekarang Rp 4 juta-Rp 5 juta per meter," ungkap dia.
Selain untuk pengembangan BUMDes, alokais dana desa juga dimanfaatkan untuk pembangunan infrastruktur desa, salah satunya penyediaan sanitasi dan air bersih bagi masyarakat.
"Sekarang dana desa kami fokus untuk pembangunan jamban, semua rumah sudah punya jamban. Ada 5 mata air di sini. Satu bulan Rp 9.000 sampai Rp 10 ribu (untuk PAM desa), bayarnya itu dikelola instalasinya oleh RW masing masing. Pada awalnya instalasi dikerjakan oleh BUMDes," tandas Ketua Tim Pengelola Kegiatan Desa Ponggok, Rusmadi.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengapresiasi pengelolaan dana desa yang selama ini dilakukan oleh Desa Ponggok. Menurut dia, ini merupakan salah satu contoh keberhasilan desa dalam mengelola dana desa yang dikucurkan pemerintah.
"Ini akan meningkatkan aset produktif dari masyarakat di sini. Ini tentu luar biasa, kita akan lihat sebagai contoh yang berhasil, karena kita lihat komitmen dari pimpinan dan masyarakatnya. Dan juga lingkungannya yang selalu dijaga baik. Sekarang tiap desa mendapatkan anggaran dari pemerintah. Kalau Ponggok bisa yang lain harusnya juga bisa," ungkap Sri Mulyani.