Liputan6.com, Jakarta - Pada Bulan April lalu, rezim pemerintah Korea Utara mengundang banyak wartawan internasional untuk meliput proyek apartemen mewah yang digadang-gadang akan menjadi ikon Kota Pyongyang.
Menghabiskan dana 162 juta pound sterling atau Rp 2,7 triliun (kurs 1 pound sterling = 17.093) apartemen itu berdiri di sepanjang jalan Ryomyong Street.
Advertisement
Baca Juga
Proyek tersebut diresmikan oleh sang diktator, Kim Jong Un pada 18 April. Sayangnya, kini apartemen mewah tersebut menyimpan rahasia menyedihkan akan kehidupan warga Korea Utara.
Seorang warga Pyongyang yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan, tak ada warga yang ingin tinggal di bangunan tersebut. Meski terlihat mewah, fasilitas yang tersedia justru jauh dari layak.
"Hampir tidak ada orang yang mau tinggal di lantai teratas apartemen itu. Gedungnya memang terlihat bagus, tapi lift nya tidak berfungsi. Lebih parahnya lagi, air tidak dialirkan ke lantai-lantai teratas," tuturnya dilansir dari dailystar.co.uk, Jumat (25/8/2017).
Tak terurus
Â
"Kim Jong Un menginstruksikan agar listrik bisa dialiri hingga lantai teratas. Tapi lift hanya dijalankan kalau orang-orang ingin berangkat kerja," lanjutnya.
Beberapa bagian apartemen, ia menjelaskan, bahkan sudah tidak terurus dan terbengkalai karena ditinggal sang pemilik.
Sementara itu Chris Ogden, dosen ilmu keamanan Asia dari University of St. Andrews mengatakan, pembangunan bangunan mewah itu hanya berupa kedok yang ingin diperlihatkan Korea Utara bahwa mereka bangsa yang hebat. Ia menilai, rezim Korea Utara juga tidak akan mengaku bahwa banyak kekurangan dalam proyek tersebut.
"Saya pikir mereka tidak akan mengaku bahwa mereka salah, karena itu sama saja mengakui kelemahan rezim pemerintahan Korea Utara," tutur Ogden.
Lebih lanjut Ogden mengatakan, rezim seperti Korea Utara selalu punya cara untuk menunjukkan kehebatan yang palsu. Hal ini mengaca pada Pemerintahan China yang rela mengecat rumput agar bisa selalu terlihat hijau.
"Ada banyak cara untuk menyembunyikan fakta sebenarnya dari orang-orang," jelas Ogden.
Advertisement