Sukses

Tak Ada Sinyal Kenaikan Suku Bunga The Fed, Harga Emas Melambung

Harga emas berjangka AS menguat 0,5 persen pada level US$ 1.297,90 per ounce.

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas menguat pada perdagangan Jumat setelah Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) tidak menyebutkan rencana kebijakan moneter, terutama mengenai suku bunga acuan dalam pidatonya di forum bank sentral dunia.

Mengutip Reuters, Sabtu (26/8/2017), harga emas di pasar spot naik 0,5 persen ke US$ 1.292,14 per ounce pada pukul 02.00 siang dan berada di jalur kenaikan 0,6 persen pada penutupan pekan ini. Sedangkan harga emas berjangka AS menguat 0,5 persen pada level US$ 1.297,90 per ounce.

Pendorong kenaikan harga emas ini, karena Yellen tak memberikan sinyal sedikit pun dalam pidatonya di forum bank sentral sedunia yang berlangsung di Jackson Hole, Wyoming, AS. Padahal, pelaku pasar sangat ingin mendengar sinyal-sinyal rencana pengetatan kebijakan moneter Bank Sentral AS.

Dengan tak adanya sinyal-sinyal rencana kenaikan suku bunga tersebut menekan nilai tukar dolar AS. Pelemahan dolar AS menjadi pendorong kenaikan harga emas karena akan lebih murah jika diperdagangkan dengan menggunakan mata uang lainnya.

Sebelumnya, Presiden Bank Sentral Dallas Robert Kaplan meminta kesabaran dari para pelaku pasar untuk menaikkan suku bunga lebih jauh. Namun, ia juga mengatakan bahwa perubahan suku bunga sudah cukup mendesak untuk mengurangi beban dalam neraca Bank Sentral AS.

"Sudah dua kali harga emas gagal mencapai harga tertinggi dalam tahun ini. Dan semakin lama tak ada keputusan, semakin besar risikonya dan orang-orang ini mulai menjadi tidak sabar," ujar Ole Hansen, kepala strategi komoditas, di Saxo Bank di Kopenhagen.

Penguatan harga emas juga disebabkan ancaman dari Presiden Donald Trump untuk menutup pemerintahan, kecuali dia mendapatkan pendanaan untuk membangun dinding perbatasan dengan Meksiko. Risiko geopolitik mempengaruhi harga safe haven.

Tonton Video Menarik Berikut Ini: