Liputan6.com, Jakarta Badan Penelitian Pengembangan (Balitbang) Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), sedang melakukan penjajakan dengan investor China yang berminat untuk mengembangkan mobil listrik di Indonesia.
‎Kepala Balitbang Kementerian ESDM F.X Sutjiastoto mengatakan, saat ini Balitbang Kementerian ESDM sedang menjajaki kerja sama dengan Ministry Of Science Technology China atau Kementerian Ilmu Teknologi China, dalam rencana pengembangan mobil istrik di Indonesia, khususnya di Bali. Dipilihnya Bali sebagai sasaran awal, atas keinginan pihak China tersebut.
"Kita terus terang sedang kerja sama dengan Ministry Of Sience Technology China,‎ minat mengembangkan mobil listirk di Bali, kita mengembangkan itu," kata Sutjiastoto, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (28/8/2017).
Advertisement
Baca Juga
Menurut Sutjiastoto, nantinya China akan membawa teknologi dan dana untuk mengembangkan mobil listrik, sedangkan Balitbang akan menyediakan konsep pengembangan dan penerapannya, sehingga terjadi kerja sama operasi.
Kerja sama tersebut juga akan melibatkan PT PLN (Persero), sebagai pihak yang menyediakan fasilitas pengisian energi mobil listrik atau Stasiun Penyediaan Listrik Umum (SPLU).
‎"Kerja sama operasi, mereka jadi mitra bawa dana investasi, teknologi, peralatan, kita konsepnya dan penerapan," ucap Sutjiastoto.
‎Sutjiastoto mengungkapkan, saat ini Balitbang bersama pihak China sedang menghitung keekonomian untuk mengembangkan mobil listrik di Bali, karena itu belum bisa ditetapkan besaran investasi dan waktu dimulainya kerja sama tersebut. Untuk tahap awal, mobil listrik akan didatangkan langsung, tetapi ke depannya akan dibangun industrinya di Indonesia.
"Nanti kalau sudah masuk ada skala ekonomi di situ. Dia tahap awal akan memasok ke sini," tutup Sutjiastoto.
Mobil listrik segera diproduksi
Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto memastikan, mobil listrik akan segera diproduksi di dalam negeri. Namun sebelumnya, harus ada regulasi untuk mendukung pengembangan mobil ini.
Airlangga mengaku, saat ini pihaknya tengah menyusun regulasi terkait pengembangan mobil listrik. Selain itu, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) juga akan mulai melakukan pembahasan dengan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) terkait bea masuk dan pajak pertambahan nilai atas barang mewah (PPnBM) untuk mobil listrik.
"Rencana diproduksi segera, setelah pembahasan dengan Kementerian Keuangan mulai dibahas dan diselesaikan," ujar dia di Kantor Kemenperin, Jakarta, Senin (28/8/2017).
Menurut Airlangga, pada 2025, pihaknya menargetkan sebanyak 20 persen mobil yang beredar di Indonesia merupakan kendaraan berbasis listrik. Untuk mencapai target tersebut, saat ini Kemenperin tengah mendorong produksi mobil dengan dua mesin (hybrid), yaitu yang berbahan bakar minyak (BBM) dan listrik.
"Mobil listrik tentu kita dorong. Untuk Indonesia, kita batasi 20 persen di tahun 2025 berbasis mobil listrik. Dari sekarang sampai 2025, ada mesin berbasis hybrid," lanjut dia.
Sementara ke depannya, masih akan ada kemungkinan pengembangan mobil dengan bahan bakar lain. Seperti dengan listrik, ke depannya juga akan dikembangkan teknologi fuel cell yang berbahan bakar hidrogen.
"Tentu ke depan kita lihat berapa besar teknologi itu akan berkembang. Karena teknologi selain mobil listrik, yang berkembang ke depan juga teknologi fuel cell. Kita juga sambil melihat dan mempelajari pengembangan teknologi selanjutnya," tandas dia.
Advertisement