Liputan6.com, Jakarta - Saat kamu kecil, pasti ingat dong bagaimana orang tua mengedukasi kita dalam mengelola uang. Yaitu dengan mengajak kita menabung secara konvensional atau menabung di celengan.
Celengan dengan berbagi bentuk yang lucu seperti ayam dan kucing pun diminati oleh anak-anak. Sisa uang jajan di sekolah biasa kita tabung dalam celengan tersebut. Nah, nantinya kamu bisa memecah celengan tersebut untuk membeli barang yang kamu inginkan. Begitulah, setidaknya pesan orang tua saat mengajarkan cara menabung di celengan.
Advertisement
Baca Juga
Nah, kini setelah kamu sudah memiliki anak ataupun keponakan, juga bisa mulai mengedukasi mereka bagaimana cara menabung. Inilah beberapa cara sederhana yang ditulis Swara Tunaiku untuk mengedukasi anak dalam mengelola uangnya dengan bijak:
1. Usia 3-6 tahun, “menjawab rasa ingin tahu”
Memasuki usia 3 hingga 6 tahun, anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Inilah saat yang tepat untuk mengajarkan arti dari kepemilikan suatu barang.
Sebagai contoh, ketika si buah hati menginginkan sesuatu yang dimiliki oleh anak lain, kamu bisa melontarkan pertanyaan, apakah yang mereka inginkan. Jika tertarik, mereka pasti akan meminta barang tersebut.
Saatnya kamu untuk menjelaskan bahwa barang tersebut adalah milik orang lain. Nanti, kamu bisa membelikannya sendiri. Sementara, ia bisa pinjam mainan tersebut.
Awalnya memang terlihat sederhana ya. Namun disadari atau tidak, kamu sudah memberikan kesempatan pada si kecil untuk mencari jawaban dari rasa ingin tahunya. Nantinya, kebiasaan ini bisa diarahkan pada proses mengedukasi manakah barang yang dia butuhkan dan mana yang tidak.
2. Usia 5-8 tahun, “memberikan reward”
Dulunya, anak-anak mendapatkan iming-iming tertentu untuk mendapatkan sesuatu dari orangtuanya. Hal ini mengajarkan bahwa kalau kamu mau sesuatu maka kamu harus berusaha. Mulai dari ajakan untuk menyiram tanaman hingga membantu saudara, langkah ini bisa dipakai untuk mengajarkan makna ini kepada si buah hati.
Zaman terus berkembang, cara ini pun mulai tergeser. Anak-anak generasi milenial pun harus didekati dengan cara khusus. Misalnya, dengan meminta bantuan mencuci piring bersama setelah makan. Atau merapikan tempat tidur tanpa bantuan si Bibi.
Nanti, kamu bisa memberinya hadiah berupa botol bening untuk celengan dan uang untuk mengisinya. Katakan saja kalau celengan ini dipakai untuk menyimpan hadiah karena sudah mau membantu bersih-bersih.
Simak video menarik di bawah ini:
Selanjutnya
3. Usia 6-10, “belajar belanja di supermarket”
Ketika si buah hati telah memasuki usia 6 hingga 10 tahun, bisa juga nih diajak ke supermarket dan berbelanja. Mereka sudah cukup tinggi untuk mengambil apa yang ingin merek beli dan memasukannya ke dalam keranjang.
Dengan begitu, anak-anak bisa terlatih untuk mengelola uangnya di luar rumah. Tambahkan beberapa penjelasan saat mereka menanyakan apa saja barang yang bisa dimasukkan ke keranjang belanja.
Contohnya nih, kamu sekeluarga sudah langganan membeli susu merek A. Lalu, si buah hati ingin membeli susu merek B. Jelaskan padanya, mengapa harus membeli susu merek A saja seperti karena harga, kualitas, dan cita rasa.
Jangan lupa pakai bahasa sederhana agar mudah dipahami. Nantinya, si anak bisa belajar bahwa setiap bulannya mereka harus mengeluarkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Selanjutnya
4. Usia 7-11, “mengajarkan bagaimana memilih prioritas”
Saat berbelanja di supermarket, kamu juga bisa nih mengenalkan nilai suatu barang kepada si anak. Pakai bahasa yang mudah dicerna dan dimulai dari hal kecil. Jika si anak diberi ‘modal’, arahkan si anak bisa memakainya untuk apa saja.
Sebagai contoh, kamu bisa mengajarkan untuk menentukan suatu prioritas saat akan membeli sesuatu. Jika memiliki uang sebesar Rp100 ribu, apakah yang harus dibeli di antara dua pilihan yaitu komik dan mainan mobil-mobilan.
Jika memilih mobil-mobilan, ia hanya akan mendapatkan satu mobil saja. Dan jika memilih komik, bisa dapat beberapa buah komik. Di sinilah si anak akan belajar memilih dengan berbagai pertimbangan.
Beri tahu juga bahwa uang Rp 100 ribu tadi nanti akan dipakai untuk membayar. Sehingga mereka tidak akan merengek meminta barang lain karena uang sudah habis.
Selanjutnya
5. Usia 11-13, “menyisihkan uang untuk orang lain”
Pada usia ini, anak sudah memasuki usia remaja nih. Inilah saat yang pas untuk mengajarkan bagaimana mereka dapat menggunakan uangnya. Contohnya, untuk mempersiapkan ulang tahun saudaranya.
Ajak si anak untuk mempersiapkan ulang tahun hingga kado apa yang perlu dibeli untuk si kakak. Bisa juga diajak berdiskusi dengan detail perayaan. Nantinya, anak akan mengetahui bahwa mereka dapat memprioritaskan keluarga saat akan memakai uang mereka.
Selanjutnya
6. Usia 13-15, ‘belajar mandiri sejak dini”
Pada usia 13-15, si anak sudah lebih dewasa untuk mengatur keuangannya. Dimulai dari hal-hal sederhana seperti membeli barang yang lebih murah, menyisihkan uang jajan hingga mendapatkan uang tambahan saat berperilaku rajin.
Kamu bisa memberikan penjelasan yang lebih mendetail berkaitan dengan cara mengelola uang yang sifatnya lebih jangka panjang.
Jika si anak mengikuti satu atau beberapa les, coba juga untuk mulai mengenalkan kemandirian dalam hal keuangan. Karena biaya les tidak murah, ajak mereka untuk terlibat dalam proses membayar uang les.
Misalnya, mereka dapat mulai menabung dan uang tabungan tersebut dapat dipakai untuk membayar les. Agar makin semangat, minta mereka untuk membayar les yang paling mereka sukai. Contohnya, les piano, les ballet, dan lain sebagainya.
Dengan begini, anak pun akan paham akan sistem pembayaran sekolah dan biaya ekstra untuk les. Mereka akan paham betul akan peran orang tua dalam mendukung pendidikan mereka, khususnya dalam pembiayaan.
Setelah diajari beberapa dasar keuangan di atas, si buah hati akan tumbuh menjadi pribadi yang melek finansial. Dengan mengetahui prioritas dalam keuangan, pasti bisa lebih cerdas mengatur uang agar bisa sukses ke depannya.