Sukses

CIMB Niaga Bakal Ikut Biayai Proyek LRT

Menko Bidang Kemaritiman Luhut Pandjaitan menuturkan, selain CIMB, ada juga investor Singapura dan Amerika Serikat yang berminat danai LRT.

Liputan6.com, Jakarta - Bank CIMB Niaga telah menyatakan minatnya untuk turut membiayai proyek pembangunan kereta ringan atau light rail transit (LRT) Jabodetabek.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan hal tersebut di Kompleks Istana Kepresidenan usai mengikuti sidang kabinet.

"Itu CIMB Niaga mau masuk. Sudah, tadi baru bilang," ujar dia di Jakarta, Selasa (29/8/2017).

Luhut menuturkan, nilai pinjaman yang akan digelontorkan CIMB Niaga akan mencapai Rp 2 triliun. Namun selain CIMB, ada juga investor asal Singapura dan Amerika Serikat yang berminat mendanai proyek ini. "Itu Rp 2 triliun," kata dia singkat.

Sebagai informasi pembangunan LRT sebelumnya telah diatur dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 98 Tahun 2015 tentang Percepatan Kereta Api Ringan atau Light Rail Transit Terintegrasi di Wilayah Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi.

Untuk tahap pertama, proyek yang menelan biaya sebesar Rp 11,9 triliun tersebut mencakup tiga trase, yaitu Cibubur-Cawang, Cawang-Dukuh Atas dan Bekasi Timur-Cawang. Untuk tahap kedua yaitu Cibubur-Bogor, Dukuh Atas-Palmerah-Senayan. Sedangkan tahap ketiga yaitu Palmerah-Grogol.

 

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

Skema Pembiayaan LRT

Sebelumnya Tenaga Ahli Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Septian Hario Seto menuturkan, sebesar 70 persen proyek LRT akan dibiayai oleh pinjaman perbankan dengan nilai Rp 18 triliun-Rp 19 triliun melalui KAI. Selain bank pelat merah, bank swasta juga telah menyatakan minat untuk membiayai proyek ini.

"Bank Mandiri, BRI, BNI, BCA, CIMB Niaga dan sebagainya sudah menyatakan minatnya," ujar dia.

Dia menuturkan, pemerintah memberikan bunga pinjaman 8,25 persen. Selain perbankan, manajer investasi seperti BlackRock juga menyatakan minat.

"Karena kalau dilihat bunganya 8,25 persen dijamin pemerintah. Kalau utang pemerintah sekarang obligasi kan sekitar 7 persen jadi saya pikir return baik dan dijamin pemerintah. Saya pikir minat dari swasta akan cukup besar," ujar dia.

Mulanya prasarana LRT Jabodebek menelan biaya hingga Rp 23 triliun. Namun, dengan perhitungan Kementerian Perhubungan (Kemenhub), biaya itu mampu dipangkas sampai Rp 21,7 triliun.

Lanjutnya, sempat muncul pemikiran jika proyek tersebut dibiayai langsung oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Namun itu akan memberatkan negara. Lantaran, bunganya bisa mencapai Rp 10 triliun.

"Dulu sempat ada ide, kita lakukan pinjaman bank 100 persen nanti 10 tahun kemudian dicicil. Kalau dicicil 10 tahun kan beban bunganya berat dan itu membebani APBN. Kalau kita hitung-hitung beban bunganya sendiri bisa mencapai Rp 10 triliun. Jadi proyek ini bisa membengkak mungkin dari Rp 21,7 triliun plus Rp 10 triliun Rp 31,7 triliun. Plus nanti sarananya Rp 5 triliun itu sekitar Rp 37 triliun," jelas dia 4 Juli 2017.