Sukses

Menperin Ingin Bea Masuk Mobil Listrik Turun Jadi 5 Persen

Menperin Airlangga Hartarto meminta insentif untuk mendorong pengembangan mobil listrik di dalam negeri.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto meminta insentif untuk mendorong pengembangan mobil listrik di dalam negeri. Salah satunya penurunan bea masuk kendaraan, khususnya komponen dan mobil listrik.

Airlangga mengungkapkan, saat ini bea masuk untuk kendaraan dipatok sebesar 50 persen. Namun untuk tahap awal pengembangan, dibutuhkan adanya mobil dan komponen yang diimpor. Oleh sebab itu, diperlukan penurunan bea masuk guna menstimulus produsen mengembangkan mobil listrik.

"Terkait dengan bea masuk, saat sekarang bea masuk untuk kendaraan itu 50 persen. Nah, kami laporkan juga nanti untuk diturunkan mengikuti kepada perjanjian-perjanjian FTA. Kalau sekarang Most Favored Nation (MFN) itu 50 persen," ujar dia di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (30/8/2017).

Menurut dia, agar produsen berminat untuk mengembangkan mobil listrik di dalam negeri, maka bea masuknya harus diturunkan menjadi 5 persen. Namun, penurunan bea masuk ini hanya berlaku bagi produsen yang benar-benar ingin mengembangkan mobil listrik.

"Kita mau turunkan MFN itu 5 persen untuk yang berproduksi di dalam negeri. Yang mempunyai roadmap itu kita turunkan ke 5 persen‎. Kalau tidak mempunyai komitmen membangun di dalam negeri, tentu tidak dapat fasilitas yang 5 persen. Jadi ini yang akan didorong," ujar dia.

Sementara untuk payung hukum penurunan bea masuk ini, ujar Airlangga, sebenarnya telah diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) 41 Tahun 2013. Namun, terbuka kemungkinan untuk dibuat payung hukum lain untuk memuluskan langkah pengembangan.

"Sebetulnya sudah ada PP 41. Ini tinggal kita, apakah kita revisi atau dibuat Perpres sendiri," ujar dia.

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

3 Negara Minat Kembangkan Mobil Listrik di RI

Sebelumnya, pemerintah akan mendorong pengembangan mobil listrik di dalam negeri. Sejumlah negara bahkan telah menunjukkan minat bekerja sama mengembangkan mobil ini di dalam negeri.

Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto mengatakan, negara yang siap bekerja sama dengan Indonesia, antara lain China, Jepang, hingga Taiwan. Namun, dirinya akan mengkaji terlebih dulu potensi kerja sama tersebut.

"Ini open untuk berbagai negara. Tapi China sudah menyatakan minat, Jepang minat, Taiwan minat. Nanti kita lihat, kita fasilitasi," ujar dia di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu, 30 Agustus 2017.

Airlangga menjelaskan, untuk mengembangkan mobil ini hingga mampu diproduksi secara massal diperlukan lima unsur yang harus dimiliki produsen. Oleh sebab itu, tidak sembarangan produsen bisa mengembangkan mobil ini untuk tujuan komersial.

‎"Memasarkan secara luas kan kuncinya distribusi network harus luas. Dua, kapasitas pabrik bisa tinggi. Ketiga, spare part terjamin. Keempat, resale value terjamin. Kelima, ada pembiayaan.

"Jadi, itu lima unsur yang harus dimiliki industri otomotif. Nah, saat itu sebagai contoh industri berbasis China, begitu masuk penetrasi market di Indonesia, mereka siapkan lima langkah tersebut. Jadi, lima langkah ini mutlak untuk mempersiapkan industri otomotif," jelas dia.