Liputan6.com, Jakarta - PT Hotel Indonesia Natour (Persero) yang merupakan BUMN yang memiliki bisnis perhotelan mencatatkan kinerja yang lebih baik pada Semester 1 2017. Ini dibuktikan dengan berhasilnya manajemen memangkas kerugian yang dialami perusahaan.
Direktur Utama Hotel Indonesia Natour (HIN) Iswandi Said menjelaskan berkurangnya kerugian tersebut dikarenakan manajemen agresif memasarkan produk dan peningkatan pelayanan di setiap hotel.
"Semeseter 1 (2017) kita masih minus Rp 20 miliar, tapi ini jauh lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang saat itu minus Rp 80 miliar," kata Iswandi di Kementerian BUMN, Kamis (31/8/2017).
Advertisement
Baca Juga
Dalam peningkatan kinerja ini, disebutkan Iswandi, juga merupakan hasil sinergi dengan beberapa BUMN. Sinergi ini dilakukan dengan bentuk penggunaan hotel yang dikelola Hotel Indonesia Natour dalam setiap acara BUMN di Bali.
Hingga semesetr 1 2017, kinerja keuangan perusahaan itu juga ditopang dengan pendapatan yang diperoleh perusahaan sebesar Rp 236 miliar, atau naik 15 persen jika dibandingkan semester 1 2016.
"Hingga akhir tahun kita targetkan pendapatan itu bisa ke angka Rp 607 miliar, jadi harapannya kita ga rugi lagi sampai akhir tahun, syukur-syukur bisa untung," paparnya.
Dari sekian banyak hotel yang dikelola oleh Hotel Indonesia Natour, hotel-hotel yang berada di Bali menyumbang pendapatan perusahaan terbesar, dengan porsi mencapai 30 persen.
Tujuh hotel yang dikelola Hotel Indonesia Natour di bali sendiri sampai Juni tingkat okupansinya di atas 80 persen. Namun jika di rata-rata keseluruhan hotel yang dikelola HIN di Indonesia baru mencapai kisaran 60 persen.
"Kita optimistis semester 2 ini kinerja akan lebih baik, karena biasanya akhir tahun itu perjalana orang mengalami peningkatan," tutupnya.
24 BUMN merugi
Kementerian BUMN melaporkan masih ada 24 BUMN mengalami rugi hingga semester 1 2017. Sekretaris Kementerian BUMN Imam A Putro mengaku, meski masih ada 24 BUMN yang merugi, namun jumlah itu sudah berkurang jika dibandingkan periode yang sama 2016.
"Ada penurunan jumlah BUMN yang rugi, dari 27 menjadi 24 BUMN," kata Imam.
Namun begitu, Imam mengaku, 24 BUMN tersebut tidak semuanya masuk dalam kategori penanganan khusus atau restrukturisasi.
"24 BUMN itu tidak semuanya masuk ICU lho ya, karena kalau masuk ICU itu berarti masuk ke Deputian Pak Aloy, ini masih di kedeputian masing-masing," ujar dia.
Masih adanya BUMN yang merugi tersebut dikarenakan ada beberapa BUMN yang pendapatannya baru masuk di Semester 2 setiap tahunnya.
Imam menargetkan, hingga akhir tahun, jumlah BUMN yang masih merugi hanya satu perusahaan, yaitu Merpati.
Adapun 24 BUMN rugi, antara lain:
PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero)
Perum Bulog
PT Berdikari (Persero)
PT Indofarma (Persero) Tbk
PT Energy Management Indonesia (Persero)
PT Hotel Indonesia Natour (Persero)
PT Pos Indonesia (Persero)
Perum PFN
PT Aneka Tambang (Persero) Tbk
PT Balai Pustaka (Persero)
PT PAL Indonesia (Persero)
PT Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero)
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
PT Boma Bisma Indra (Persero)
PT INTI (Persero)
PT Dirgantara Indonesia (Persero)
PT Amarta Karya (Persero)
PT PDI Pulau Batam (Persero)
Perum Damri
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk
PT Danareksa (Persero)
PT Pengembangan Armada Niaga Nasional (Persero)
PT Iglas (Persero)
PT Istaka Karya (Persero)
Â