Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) khusus untuk membantu para petani bawang putih di daerah Sembalun, Nusa Tenggara Barat (NTB). KUR BNI ini akan membantu para petani bawang untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam meningkatkan produktivitas perkebunan bawang.
Corporate Secretary BNI Kiryanto menjelaskan, jumlah petani bawang di kawasan tersebut mencapai sekitar 4 ribu petani. Penyaluran KUR BNI kali ini merupakan salah satu langkah awal dalam penyaluran kredit kepada petani bawang secara lebih luas di kawasan Sembalun. Penyaluran KUR tersebut diperuntukan bagi petani bawang yang mengelola lahan dan membutuhkan modal kerja.
Advertisement
Baca Juga
“Dana KUR BNI itu dapat digunakan petani bawang untuk menutupi biaya pengolahan lahan, pembelian pupuk, hingga pembelian obat-obatan untuk meningkatkan produktivitas perkebunan bawang mereka,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (1/9/2017).
KUR BNI ini akan menurunkan beban petani dalam menggarap lahan pertaniannya. Pengelolaan 1 hektare lahan di kawasan Sembalun membutuhkan modal sekitar Rp 120 juta.
Pemerintah sepakat untuk menyalurkan KUR Rp 110 triliun dengan bunga 9 persen per tahun pada tahun ini. Rinciannya, 81 persen KUR disalurkan untuk usaha mikro, 18 persen untuk sektor ritel, dan 1 persen untuk kredit Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
Deputi Bidang Pembiayaan Kementerian Koperasi dan UKM Braman Setyo menjelaskan, ada 38 lembaga pembiayaan sebagai penyalur KUR. Terdiri dari 33 bank, empat LKBB (lembaga keuangan bukan bank), dan satu koperasi. Adapun lembaga penjaminan yang ditugaskan untuk menjamin KUR adalah Perum Jamkrindo dan Askrindo.
Tonton Video Menarik Berikut Ini:
Kinerja BNI
BNI mencatat laba bersih pada semester I 2017 mencapai Rp 6,41 triliun, naik 46,7 persen dibanding laba bersih pada semester I 2016. Dengan kenaikan laba, keuntungan per lembar saham (EPS) naik menjadi Rp 344 per lembar saham atau tumbuh 47 persen dibanding periode yang sama tahun 2016 sebesar Rp 234.
Direktur Bisnis Konsumer BNI Anggoro Eko Cahyo menyebutkan, perolehan laba bersih disumbang dari Nett Interest Income (NII) sebesar Rp 15,40 triliun atau tumbuh 10,7 persen (yoy). Serta Pendapatan Non Bunga sebesar Rp 4,65 triliun atau tumbuh 17,9 persen (yoy) dari Pendapatan Non Bunga.
"Pertumbuhan NII merupakan hasil dari penyaluran kredit yang terus meningkat, sedangkan pertumbuhan Pendapatan Non Bunga ditopang oleh peningkatan Fee Based Income (FBI) sebesar 17,9 persen year on year (yoy), terutama bersumber dari Recurring Fees yang berkontribusi 92,1 persen (yoy) dari total FBI," ujar dia.
Perolehan laba bersih menjadi pertumbuhan return on equity (ROE) sebesar 15,6 persen dari sebelumnya 12,6 persen di semester I 2016. Adapun pencapaian NII, telah mendukung net interest margin (NIM) tetap terjaga pada level 5,6 persen.
Menurunnya, cost of fund pada level 3 persen pada semester I-2017 dari sebelumnya 3,1 persen pada semester I-2016 juga menjadi faktor pembentuk NIM tersebut.
Adapun penyaluran kredit BNI mencapai Rp 412,18 triliun atau 15,4 persen dibandingkan penyaluran kredit pada periode yang sama di 2016 sebesar Rp 357,22 triliun.
Secara umum berdasarkan komposisinya, BNI menyalurkan kredit Rp 296,12 triliun atau 71,8 persen dari total kredit untuk sektor business banking. Adapun sebesar Rp 67,05 triliun atau 16,3 persen ke sektor consumer banking.
Selebihnya, BNI mencatatkan penyaluran kredit untuk debitur overseas sebesar Rp 25,92 triliun atau 6,3 persen dari total kredit. Penyaluran kredit melalui perusahaan-perusahaan anak sebesar Rp 23,09 triliun atau 5,6 persen dari total kredit BNI pada paruh pertama 2017.
Advertisement