Sukses

Data Tenaga Kerja AS Melambat, Harga Emas Menguat

Harga emas naik 0,6 persen ke posisi US$ 1.330,40 per ounce menjelang akhir pekan.

Liputan6.com, New York - Harga emas melambung usai data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) melambat dan tidak ada pertumbuhan gaji. Sentimen ini menimbulkan spekulasi apakah the Federal Reserve atau bank sentral AS akan menaikkan suku bunga lagi pada 2017.

Hal itu mengingat inflasi masih rendah, termasuk data upah. Sentimen tersebut mempengaruhi harga emas menjelang akhir pekan ini. Harga emas untuk pengiriman Desember bertambah US$ 8,2 atau 0,6 persen ke posisi US$ 1.330,40 per ounce. Angka tersebut tertinggi sejak akhir September. Selama sepekan, harga emas naik 2,5 persen.

"Data tenaga kerja AS melambat diikuti pertumbuhan upah sehingga mendorong kekhawatiran inflasi rendah," ujar Rob Haworth, Analis Bancorp Wealth Management seperti dikutip dari laman Marketwatch, Sabtu (2/9/2017).

Seperti diketahui, data tenaga kerja AS bertambah 156 ribu pada Agustus. Ini hanya naik tipis dari yang diperkirakan sekitar 180 ribu. Kemudian posisi tingkat pengangguran naik 4,4 persen dari level terendah dalam 16 tahun di kisaran 4,3 persen. Sedangkan upah naik 2,5 persen dalam 12 bulan. Angka ini tidak berubah dari Juli. Laju inflasi pun sedikit berubah.

"Menurut kami rebound yang kuat pada inflasi diperlukan sebelum harapan kenaikan suku bunga dan membantu dolar AS membalikkan tren terbaru," ujar Analis IronFX Charalambos Pissouros.

Ia menambahkan, notulensi pertemuan the Federal Reserve pada Juli menunjukkan kalau pembuat kebijakan memperhatikan inflasi meningkat. Setelah pertemuan itu, inflasi tetap terjaga. Namun memberikan lebih banyak keraguan mengenai inflasi melambat dapat dikaitkan dengan faktor istimewa.

Sementara itu, indeks dolar AS naik 0,2 persen. Sebelumnya harga emas tertekan usai laporan data tenaga kerja. Melemahnya dolar AS membuat emas lebih menarik bagi investor menggunakan mata uang lain.

Akan tetapi prospek suku bunga lebih tinggi berdampak lain untuk emas. Kini ada keraguan kenaikan suku bunga cenderung dongkrak harga komoditas logam.

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini: