Sukses

Badai Harvey Bakal Jadi Bencana Alam Termahal di AS

AccuWeather memperkirakan, biaya kerusakan yang ditimbulkan Badai Harvey dapat mencapai US$ 160 miliar.

Liputan6.com, Jakarta - Badai Harvey bakal menjadi bencana alam paling mahal di sepanjang sejarah Amerika Serikat (AS) akibat kerusakan yang ditimbulkan.

Mengutip laman Marketwatch, Minggu (3/9/2017), menurut AccuWeather, kerusakan yang ditimbulkan Badai Harvey dapat telan biaya US$ 160 miliar atau sekitar Rp 2.135 triliun (asumsi kurs Rp 13.344 per dolar Amerika Serikat). Angka itu sama dengan biaya kombinasi dari Badai Katrina dan Sandy.

"Pemimpin bisnis, the Federal Reserve, bank, perusahaan asuransi harus mulai menghitung dampak negatif dari badai itu ke bisnis, laba perusahaan dan pegawai," ujar Chairman AccuWeather Joel Myers.

Ia menambahkan, bencana alam itu baru saja dimulai. Kota Houston yang alami kerusakan akibat badai kemungkinan tidak dapat dihuni selama berminggu-minggu. Bahkan berbulan-bulan karena kerusakan air, dan lainnya.

"Banjir terburuk masih akan terjadi saat luapan sungai berlanjut. Para ahli metereologi sudah melakukan pekerjaan baik untuk peringatkan penduduk, namun pejabat publik lamban bereaksi," kata dia.

Ia menuturkan, pihaknya memperingatkan kalau dampak dari Badai Harvey akan besar lantaran lebih banyak banjir, kerusakan, korban jiwa.

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Badai Harvey

Sebelumnya, fenomena alam Badai Harvey yang masih berlangsung hingga saat ini, dilaporkan pertama kali "mendarat" di Corpus Christi, Texas -- sekitar 330 km dari kota Houston.

Harvey merupakan badai terbesar yang menerjang AS dalam 12 tahun terakhir.

Badai Harvey yang berkategori 1-4 menerjang Negara Bagian Texas sejak 25 Agustus lalu. Akibat badai ini, banjir besar melanda Kota Houston hingga sebelah barat Negara Bagian Louisiana.

Presiden Trump telah mendeklarasikan status Federal Disaster. Sementara itu, Gubernur Texas, Greg Abbot mengumumkan State of Disaster kepada 30 country.

Kantor-kantor pemerintah dan swasta, serta sekolah dan universitas diliburkan. Dua bandara utama Houston, George Bush International dan William P Hobby Airport ditutup sejak 27 Agustus 2017 hingga waktu yang belum ditentukan.