Liputan6.com, Jakarta - Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede memperkirakan, laju Indeks Harga Konsumen (IHK) alias inflasi bergerak sekitar 0,05 persen di Agustus 2017. Proyeksi tersebut jauh lebih rendah dibanding realisasi inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,22 persen.
"Inflasi Agustus ini diperkirakan terkendali sekitar 0,05 persen (MoM) atau 3,94 persen (YoY)," kata Josua dalam Forecast Inflasi yang diterima Liputan6.com, Jakarta, Senin (4/9/2017).
Inflasi bulan kedelapan yang lebih rendah dibanding capaian Juli lalu sebesar 0,22 persen itu diperkirakan Josua karena inflasi dari harga pangan bergejolak (volatile food) terkendali. Harga beberapa komoditas pangan terpantau turun di Agustus 2017.
Advertisement
Baca Juga
"Volatile food inflation diperkirakan manageable karena penurunan beberapa harga komoditas pangan, seperti cabai rawit merah, cabai keriting merah, dan bawang merah, walaupun ada beberapa harga yang naik, seperti daging sapi, daging ayam, dan beras," Josua menjelaskan.
Josua lebih jauh menerangkan, dari harga barang yang diatur pemerintah (administered prices) cenderung terkendali. Faktornya karena normalisasi tarif transportasi udara dan antar kota setelah puncaknya di mudik Lebaran Idul Fitri lalu.
"Jadi diperkirakan, inflasi inti sekitar 3 persen (YoY) mempertimbangkan ekspektasi inflasi masyarakat yang terkelola dengan baik," kata Josua.
Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:
Inflasi Masih Sesuai Target
Diberitakan sebelumnya, Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, inflasi terkendali dengan baik‎ sampai saat ini. Ini ditunjukkan dari hasil survei yang dilakukan BI dalam minggu ketiga Agustus 2017 berada di kisaran 0,02 persen. Dengan begitu, jika dilihat dalam satu tahun, inflasi berada di kisaran level 3,91 persen.
‎"Kita minggu ketiga berdasarkan survei itu inflasi di kisaran 0,02 persen. Jadi kalau dilihat setahunnya itu ada di kisaran 3,91 persen," kata Agus.
Agus mengungkapkan, jika inflasi selama 2017 sekitar 3,91 persen, ‎hal tersebut sejalan dengan yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Perubahan (APBN-P) 2017, yaitu berada pada kisaran 4 persen.
"Ini sejalan dengan target kita inflasi 4 plus minus 1 persen. Jadi malah ini menunjukkan kondisi di bawah 4 persen. Kita sama-sama tau bahwa APBN-P itu mencanangkan di kisaran 4 persen," ujar dia.
Agus menuturkan, dengan realisasi inflasi 2017‎ di bawah 4 persen, menjadi pendorong pencapaian inflasi yang ditetapkan dalam RAPBN 2018 di level 3,5 persen. Ditetapkannya inflasi tersebut sejalan dengan BI.
"Jadi kalau bisa di bawah 4 persen ini adalah suatu pengantar untuk dibawa ke 2018 nanti inflasi kisaran 3,5 persen plus minus 1 persen, jadi inflasi cukup baik. Kami juga lihat ini didukung oleh indikator ekonomi lain," tutur Agus.
Advertisement