Liputan6.com, Jakarta PT Pertamina (Persero) menanggung beba‎n sebesar Rp 12 triliun. Hal ini diakibatkan belum disesuaikannya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) solar subsidi dan premium, dengan kondisi harga minyak dunia yang mengalami kenaikan.
Direktur Utama Pertamina Elia Massa Manik mengatakan, akibat tidak disesuaikannya harga BBM dengan harga minyak saat ini, Pertamina harus menomboki selisih antara harga pembelian di pasar dengan harga jual ke masyarakat. Selama semester pertama 2017 Pertamina telah menomboki Rp 12 triliun atas penjualan solar subsidi dan premium.
Baca Juga
"Seharusnya kita selalu kan harus memasukkan ke formula harga, nah itu selisihnya itu Rp 12 triliun," kata Elia, di Jakarta, Kamis (7/9/2017).
Advertisement
Direktur Pemasaran Pertamina M Iskandar mengungkapkan, kondisi harga acuan BBM masih stabil, tetapi harga BBM yang ditetapkan sampai saat ini ‎masih mengacu pada harga minyak di kisaran US$ 37 per barel sampai US$ 40 per barel. Sedangkan harga minyak saat ini berada di level US$ 37 per barel sampai US$ 40 per barel.
‎"Sekarang stabil tapi harga crude kan sekarang di posisi US$ 55- US$ 57, nah penetapan harga terakhir dulukan diposisi US$ 37- US$ 40‎," jelas Iskandar.
‎Menurut Elia, meski menanggung beban Pertamina hanya mengikuti keten‎tuan pemerintah dalam penetapan harga BBM. Pasalnya, Pertamina merupakan perusahaan negara yang dimiliki pemerintah.
"Tetap Pertamina punya siapa? (pemerintah). Ya sudah berati kan kalau ada itu kan kontrol pemerintah‎," tutup Elia.