Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan Selasa pekan ini. Pada perdagangan kemarin, rupiah sempat menguat hingga menyentuh angka 13.126 per dolar AS.
Mengutip Bloomberg, Selasa (12/9/2017), rupiah dibuka di angka 13.193 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.156 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.176 per dolar AS hingga 13.225 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah mampu menguat 2,12 persen.
Advertisement
Baca Juga
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.186 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 13.154 per dolar AS.
Dolar AS sedikit bergerak menguat setelah dampak dari Badai Irma tak sebesar yang diperkirakan. Selain itu, kekhawatiran akan uji coba rudal Korea Utara pada akhir pekan lalu juga telah surut.
Sekitar 6,5 juta rumah di Florida, atau 67 persen dari keseluruhan, tak mendapat aliran listrik akibat terjangan Badai Irma. Badai Irma mulai menerjang Florida pada Minggu, 10 September 2017. Kekuatannya melemah menjadi badai tropis saat bergerak ke daratan pada 11 September.
"Meredanya badai itu juga meredakan kekhawatiran dari pelaku pasar sehingga mendorong penguatan dolar AS," jelas analis Rakuten Securities Mutsumi Kagawa, dikutip dari Reuters.
Ia melanjutkan, meredanya konflik di Korea Utara juga membuat pelaku pasar mulai kembali memburu dolar AS. Namun, ada kemungkinan dolar AS kembali melemah.
Senin kemarin, Dewan Keamanan (DK) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memberikan sanksi kepada Korea Utara. Sanksi tersebut berupa larangan ekspor tekstil dan pembatasan impor minyak mentah.
Jika Pihak Korea Utara membalas larangan tersebut dengan melakukan uji coba rudal kembali justru akan berakibat fatal." Ancaman konfrontasi militer memang sedikit berkurang saat ini, tetapi bisa muncul lagi," tambah Kagawa.
Research Analyst ForexTime Lukman Otunuga menjelaskan, ekspektasi kenaikan suku bunga Fed di bulan Desember menurun drastis menjadi tantangan bagi dolar AS.
"Kekhawatiran akan inflasi rendah sangat mengganggu prospek kenaikan suku bunga AS sehingga Dolar AS berpotensi terus melemah," tutur dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: