Sukses

Efek Larangan Gesek Kartu Kredit di Mesin Kasir ke Sektor Ritel

Aprindo menilai, ada isu pembocoran data lantaran gesek ganda kartu kredit dan debit di mesin kasir sempat timbulkan gejolak.

Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) meminta penjabat publik tidak sembarangan dalam mengeluarkan pernyataan terkait semua peritel yang melakukan penggesekan kartu kredit dan debit di mesin kasir. Apalagi, jika penggesekan tersebut dikaitkan dengan pembocoran data konsumen.

Ketua Umum Aprindo Roy Mandey tak menyebut pejabat publik tersebut. Namun, dia meminta pejabat publik seharusnya memberikan pernyataan yang tidak menimbulkan pemahaman multitafsir.

"Tunjukkan merchant mana yang melakukan pembocoran dan penggandaan data, otentik, akurat supaya dibina perbaiki," kata dia di kawasan SCBD Jakarta, Rabu (13/9/2017).

Roy mengatakan, sektor ritel merupakan sektor yang berpengaruh pada perekonomian. Oleh karena itu, jika sektor tersebut terganggu, maka akan mengganggu perekonomian.

"Kalau menyebut ritel, ritel industri, ritel sektor ekonomi yang mendukung konsumsi rumah tangga, produk domestik bruto (PDB) 56 persen didukung konsumsi rumah, berarti sama menggerus kegiatan ritel sendiri," kata dia.

Terkait dengan isu pembocoran data, sambung Roy, sempat menimbulkan gejolak beberapa waktu terakhir. Lantaran, itu membuat beberapa transaksi belanja menjadi batal. Meskipun, pihaknya belum merinci pembatalan transaksi tersebut.

"Dalam 2-3 hari setelah pernyataan itu dan berkembang viral media, beberapa transaksi batal dilakukan oleh konsumen di ritel tidak di Jakarta tapi di daerah," ujar dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

 

2 dari 2 halaman

Saran YLKI ke Bank soal Gesek Ganda di Kartu Kredit

Sebelumnya, industri perbankan harus mengontrol transaksi nasabah yang menggunakan kartu debit maupun kredit. Termasuk, menjaga kebocoran data nasabah yang disebabkan oleh penggesekan ganda kartu di mesin kasir.

Demikian disampaikan Pengurus Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Sudaryatmo saat dihubungi Liputan6.com di Jakarta, Jumat, 8 September 2017.

Sudaryatmo menjelaskan, perbankan bekerja sama dengan toko (merchant) dalam penyediaan sistem transaksi. Oleh sebab itu, bank harus memastikan agar data nasabah tidak bocor karena adanya penggunaan alat lain.

"Kalau konsumen kartu kredit di merchant, merchant kan kerja sama dengan bank, ya bank yang harus mengontrol untuk memastikan bahwa merchant tidak memasang alat lain selain alat resmi," kata dia.

Menurutnya, bank mesti mengambil tindakan jika ada merchant menggunakan alat yang tidak resmi. "Kalau merchant itu memasang alat lain, banknya lebih tegas untuk menindak," ujar dia.

Lebih lanjut, Sudaryatmo juga meminta konsumen berhati-hati saat bertransaksi. Konsumen harus memastikan kartunya dipakai pada alat yang resmi. "Kemudian kalau konsumen memastikan bahwa ketika dia menyerahkan kartu kredit, kartu kreditnya dipakai di alat yang resmi," ujar dia.

Sudaryatmo menuturkan, transaksi di mesin kasir merupakan salah satu aspek kebocoran data nasabah. Selain mesin kasir, yang perlu diwaspadai ialah kebocoran data dari transaksi online.

"Ya sebenarnya kebocoran data itu hanya salah satu aspek saja, masih banyak aspek lain, termasuk online kalau konsumen tidak hati-hati datanya bocor," kata dia.