Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi kenaikan impor buah-buahan dari Indonesia ke negara lain pada Agustus 2017 sebesar 277,73 persen senilai US$ 63,6 juta. Peningkatan tertinggi impor buah longan atau kelengkeng dari Thailand sebesar 3.800 persen pada Agustus ini dibanding ‎bulan sebelumnya.
Kepala BPS, Suhariyanto atau yang akrab disapa Kecuk, mengungkapkan, dari total nilai impor nonmigas pada Agustus sebesar US$ 11,53 miliar, ada sejumlah barang yang mengalami peningkatan terbesar.
"Salah satunya impor nonmigas yang melonjak adalah buah-buahan sebesar 277,73 persen menjadi US$ 63,6 juta pada Agustus 2017," katanya saat Rilis Neraca Perdagangan Agustus di kantornya, Jakarta, Jumat (15/9/2017).
Advertisement
Baca Juga
Dari data BPS, Kecuk mengungkapkan, impor buah-buahan paling banyak pada bulan kedelapan ini adalah buah longan. Yakni semacam buah kelengkeng yang dipasok dari Thailand ke Indonesia.
"Kami sudah lacak, impor buah longan, kayak kelengkeng yang paling tinggi kenaikannya. Itu buah dari Thailand dan diimpor karena memang tidak ada di sini, atau tidak produksi di sini," jelasnya.
Data BPS menunjukkan, Indonesia mengimpor longan segar atau juga disebut mata kucing dari Thailand sebesar US$ 31,2 juta atau naik drastis 3.800 persen pada Agustus ini dibanding realisasi di Juli yang hanya tercatat US$ 800 ribu. Artinya, ada kenaikan nilai impor US$ 30,40 juta untuk impor longan.
Sepanjang Januari-Agustus ini, nilai impor buah longan dari Thailand sebesar US$ 79,9 juta atau naik 40,18 persen dari realisasi US$ 57 juta di periode yang sama tahun lalu.
Kasubdit Statistik Impor BPS, Rina Dwi Sulastri menuturkan, harga jual longan di Thailand sekitar US$ 1,32 per kilogram (kg) atau sekitar Rp 17.556 per kg. Namun di Indonesia, longan dijual di pasar tradisional maupun supermarket dengan harga Rp 38Â ribu sampai Rp 60 ribu per kg.
"Harganya murah, banyak orang Indonesia suka, ya sudah dibeli. Apalagi suplai buah kelengkeng‎ Ambarawa lokal tidak begitu banyak. Bedanya antara longan dan kelengkeng lokal, kalau longan daging buah tebal, sedangkan daging kelengkeng Ambarawa lebih tipis," paparnya.
Neraca perdagangan
BPS melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2017 surplus US$ 1,72 miliar. Secara kumulatif, sepanjang Januari-Agustus 2017 mencetak surplus US$ 9,11 miliar.
Suhariyanto mengungkapkan, ‎nilai ekspor Indonesia pada bulan kedelapan ini tercatat US$ 15,21 miliar. Angka ini lebih tinggi dibanding realisasi impor sebesar US$ 13,49 miliar.
"Jadi neraca perdagangan di Agustus surplus US$ 1,72 miliar. Surplus ini merupakan surplus bulanan terbesar sejak 2012 karena ekspor naik dan impor turun, sehingga surplusnya besar," ujar Suhariyanto.
Nilai kinerja neraca perdagangan yang surplus ini berbalik arah dibanding realisasi di Juli lalu defisit sebesar US$ 270 juta. Faktor yang mempengaruhi kinerja ekspor impor ini adalah kenaikan dan penurunan harga beberapa komoditas.
"Harga komoditas yang naik, batu bara, CPO, kernel, karet, tembaga, dan nikel. Sedangkan yang turun adalah harga kedelai, beras, dan jagung. Inilah yang mempengaruhi nilai ekspor impor di Agustus 2017," jelas Suhariyanto.
Jika dirinci, Suhariyanto mengatakan, surplus US$ 1,72 miliar berasal dari surplus nonmigas yang mencapai US$ 2,41 miliar, sementara neraca dagang minyak dan gas (migas) masih defisit sebesar US$ ‎682,6 juta.
Advertisement