Sukses

Fintech Jadi Jalan Kenalkan Produk Keuangan ke Warga RI

Banyaknya masyarakat yang memiliki handphone atau ponsel bisa dimanfaatkan untuk memberikan layanan keuangan.

Liputan6.com, Jakarta - Banyaknya masyarakat yang memiliki handphone atau ponsel bisa dimanfaatkan untuk memberikan layanan keuangan. Salah satunya melalui financial technology (fintech).

Menteri Komunikasi dan Informartika Rudiantara mengatakan, paling tidak dari 175 juta masyarakat Indonesia memiliki satu handphone. "Ada 175 juta orang Indonesia minimal punya satu ponsel," kata dia dalam acara Indonesia Banking Expo 2017, di Jakarta, Selasa (19/9/2017).

Sementara, dia menyebut, jumlah tersebut terpaut jauh dengan masyarakat Indonesia yang memiliki rekening di bank. Dia bilang, selisihnya sekitar 90 juta.

"Saya selalu bicara, dengan Mas Agus (Gubernur Bank Indonesia) atau Pak Wimboh (Ketua OJK) berapa orang Indonesia punya rekening di bank, ada selisih sekitar 95 juta bisa dimanfaatkan untuk akses layanan keuangan kepada masyarakat," jelas dia.

Memang, Rudiantara mengakui, kebutuhan masyarakat akan handphone besar. Setiap tahunnya, Indonesia mengimpor 50 juta ponsel. Itu berkontribusi besar dalam defisit neraca perdagangan Indonesia. Sebab itu, dia mengatakan, pemerintah mengeluarkan kebijakan konten lokal untuk perangkat handphone.

"Pemerintah mengeluarkan kebijakan lokal konten bagi device. Mengapa, setiap tahun kita ini mengimpor yang resmi 50 juta ponsel setiap tahun, menyebabkan defisit transaksi perdagangan sektor kami memberi kontribusi US$ 5 miliar," tukas dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

2 dari 2 halaman

Dorongan BI

Bank Indonesia (BI) terus mendorong program digitalisasi jasa keuangan alias Financial Technology (Fintech). Upaya tersebut dapat meningkatkan efisiensi transaksi keuangan dan mempermudah masyarakat mendapatkan akses keuangan. Melalui pengembangan Fintech dan regulasinya, Indonesia diharapkan mampu bersaing di tengah era globalisasi teknologi keuangan.

"Jadi artinya masyarakat yang menggunakan uang cash itu lebih sedikit. Kalau dulu kan orang kemana-mana bawa cash, sedangkan dalam beberapa tahun ini kan orang pakai kartu atau makin sedikit yang bertransaksi pakai cash. Sehingga mungkin kalau dari segi teknologi informasi, banyak sudah sektor keuangan itu yang menggunakan fintech. Ini yang saya pikir akan meningkatkan efisiensi di sektor perbankan," kata Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute, Heru Sutadi.

Meskipun pengembangan digital teknologi di sektor perbankan itu tidak murah, namun Heru berpendapat lain. Dia yakin jika masyarakat seluruh Indonesia antusias dengan langkah pemerintah dan BI mengembangkan Fintech hingga ke pelosok negeri, tidak akan menimbulkan cost yang besar.

"Memang, pengembangan teknologi itu kan tidak murah ya, tapi kalau yang menggunakan banyak, dan pemerintah bisa memaksimalkan hingga ke pedalaman Indonesia, itu jadinya tidak lagi mahal. Karena penggunanya banyak, dan mereka tau ini praktis. Ini yang harus kita dorong agar pemanfaatan teknologi ini menjadi hal yang umum," kata dia.

Bahkan, Heru memperkirakan, hingga tahun 2018, finansial teknologi di sektor perbankan bisa tumbuh sampai double digit, sedangkan untuk 2017, diperkirakan akan tumbuh sekitar 8 persen.

Senada dengan Heru, Ekonom Permata Bank Josua Pardede juga mendukung langkah pemerintah dan BI untuk pengembangan Fintech di dalam negeri. Josua lebih melihat, pengembangan ini bisa lebih meminimalisir fraud dan cyber crime di sektor perbankan.

"Dengan pengembangan Fintech ini, kemungkinan praktik-praktik fraud dan cyber crime di sektor perbankan akan turun drastis. Sehingga ini memang harus didukung, khususnya dengan teknologi yang memadai juga," kata dia.