Sukses

BI Ingatkan Bank soal Masih Rendahnya Penyaluran Kredit

Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo menegaskan rendahnya penyaluran kredit ini sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional.

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memperingatkan kepada industri perbankan untuk meningkatkan penyaluran kreditnya. Hingga kini, kinerja kredit perbankan tersebut dianggap belum memuaskan.

Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo menegaskan rendahnya penyaluran kredit ini sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional.

"Sampai sekarang memang ekonomi Indonesia cukup baik dan peran perbankan itu juga semakin kuat. Tapi bukan berarti ada berbagai risiko yang harus diwaspadai. Salah satunya pertumbuhan kredit perbankan yang masih rendah," kata Agus di Indonesia Bankinh Expo di Jakarta Convention Centre (JCC), Jakarta, Selasa (19/9/2017).

Agus mengakui, sampai saat ini masih ada tahapan konsolidasi di berbagai sektor, mulai dari perbankan itu sendiri, perusahaan sebagai penerima kredit dan juga masyarakat yang daya belinya belum terlalu menggembirakan.

Oleh karena itu, BI mendorong perbankan untuk lebih efisien supaya bisa menurunkan biaya operasi di masing-masing perusahaan. Dengan begitu secara pelahan, akan menurunkan bunga dan otomatis penyaluran kredit akan semakin meningkat.

"Pada kuartal terakhir, pertumbuhan ekonomi dunia mulai lebih baik, dan kita harus mengambil kesempatan ini," tegas Agus.

Dari data BI, jumlah kredit per Juli tercatat Rp 4.494 triliun atau tumbuh 7,9 persen year on year. Penyaluran kredit didorong oleh kredit modal kerja (KMK), kredit investasi (KI) dan kredit konsumsi (KI). Untuk kredit modal kerja tercatat Rp 2.007 triliun. (Yas)

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

2 dari 2 halaman

Pertumbuhan Kredit 2018 Bisa Capai 14 Persen

Otoritas keuangan seperti Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memprediksi pertumbuhan kredit pada tahun depan bakal tinggi. BI sendiri memperkirakan pertumbuhan kredit bisa mencapai 12 persen-14 persen di 2018.

Ketua Komisioner LPS Halim Alamsyah menyatakan pertumbuhan kredit yang lebih baik bisa saja terjadi pada tahun depan. Salah satunya didorong oleh pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih baik di 2018.

"S‎aya kira kita lihat nanti. Kalau dilihat dari angka-angka p‎ertumbuhan lebih baik tahun depan. Inflasi tetap akan terjaga. Ekonomi membaik, confidence dari dunia usaha membaik, daya beli juga naik. Saya kira permintaan kredit akan naik," ujar di Kantor LPS, Jakarta, Kamis 14 September 2017.

Menurut dia, sektor yang akan berkontribusi pada pertumbuhan kredit yaitu industri manufaktur. Namun hal ini juga harus ditopang oleh kinerja ekspor yang diharapkan semakin membaik di akhir tahun ini.‎

"Kita berharap sebetulnya tahun ini itu ada perbaikan terutama, industri yang menghasilkan barang-barang ekspor karena kita tahu Eropa, AS‎, Jepang itu membaik. Kita berharap beberapa produk kita masih tetap kompetitif. Tapi ini memang harus dilihat kemampuan dari supplier kita untuk respons kenaikan permintaan ini," jelas dia.