Liputan6.com, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menyatakan, sektor transportasi menghadapi banyak tantangan untuk mendukung pencapaian target porsi Energi Baru Terbarukan (EBT) dalam bauran energi nasional sebesar 23 persen pada 2025.
Jonan mengatakan, untuk mencapai target porsi EBT dalam bauran energi pemerintah memanfaatkan dua sektor, yaitu listrik dan transportasi. Di sektor transportasi diperkirakan belum dapat berkontribusi signifikan mencapai target itu.
‎
"Yang jadi tantangan itu bidang transportasi," kata Jonan, saat rapat dengan Komisi VII DPR, di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (20/9/2017).
Jonan mengungkapkan, sektor transportasi menghadapi tantangan lantaran penggunaan EBT pada sektor transportasi masih lambat.
Advertisement
Baca Juga
"Kalau misalnya di bidang transportasi agak lambat untuk bauran energinya," tutur Jonan.
Untuk mendorong sektor transportasi menggunakan EBT, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menginstruksikan Jonan merumuskan Peraturan Presiden tentang pengembangan mobil listrik.
"Rancangan Peraturan Presiden sudah kami ajukan. Kami lagi menunggu semua stakeholder yang ada. Untuk pembahasannya terutama Kementerian terkait," kata dia.
Berbeda dengan sektor transportasi, penggunaan EBT pada sektor kelistrikan justru berkembang. Hingga September 2017 sudah dilakukan penandatanganan 60 kontrak jual beli listrik (Power Purchase Agreement/PPA) dari pembangkit listrik berbasis EBT.
Total kapasitas pembangkit yang akan dibangun dari bebagai macam sumber energi baru terbarukan tersebut mencapai 1.000 Mega Watt (MW).
"Ini kemajuan besar, bahwa tahun ini saja, sampai saat ini ditandatangani 60 kontrak pembangkit yang menggunakan EBT,‎" tutur Jonan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Â
Mobil Listrik Dapat Kejar Target Energi Terbarukan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengatakan, penggunaan mobil listrik dapat mendukung pencapaian target porsi Energi Baru Terbarukan‎ (EBT) dalam bauran energi. Pemerintah menargetkan bauran energi baru terbarukan sebesar 23 persen pada 2025.
Jonan menjelaskan, pemerintah telah berkomitmen agar porsi penggunakan energi baru terbarukan mencapai 23 persen pada 2025 nanti. Untuk mencapai target tersebut ada dia sektor yang menjadi andalan yaitu kelistrikan dan transportasi.
"Komitmen pemerintah terhadap EBT tidak berkurang. Seperti kata Presiden pada Desember 2015 lalu bahwa kami berkomitmen untuk mengusahakan bauran energi mencapai 23 persen pada 2025," kata Jonan, saat membuka EBTKE ConeX, di Balai Kartini, Jakarta, Rabu, 13 September 2017.
Untuk sektor transportasi pencapaian target tersebut bisa didorong dengan penggunaan mobil listrik. Namun untuk mendorong penggunaan mobil listrik pemerintah tidak bisa kerja sendiri, karena itu akan ada insentif fiskal agar industri mobil listrik dapat berkembang mengikuti negara lain.
"Kalau bisa mulai berjalan, Prancis 2040 sudah tidak boleh menjual mobil bahan bakar fosil, India 2030," tambahnya.
Menurut Jonan, mobil listrik juga akan mendukung peningkatan ketahanan energi. Pasalnya, pasokan listrik untuk mobil listrik berasal dari pembangkit yang sumber energinya berasal dari dalam negeri.
Dengan begitu kendaraan masyarakat Indonesia tidak lagi mengandalkan bahan bakar minyak sebagai sumber energi yang saat ini sebagian berasal dari impor.
"Kita juga akan mendorong supaya energy security kita naik. Kalau ada mobil listrik, energi primer bisa berasal dari EBT mulai dari geothermal, solar (matahari) dan sebagainya. Hydro dan juga dari energi fosil yang kita punya, yaitu gas bumi dan batu bara," tutup Jonan.
Advertisement