Liputan6.com, Jakarta Harga minyak acuan rata-rata naik 1 hingga 2 persen pada perdagangan kemarin, dan mencatatkan rekor keuntungan.
Kenaikan harga ini dipicu diksui darin para investor mengenai kemungkinan OPEC untuk terus memangkas produksi, juga oleh laporan dari Departeman Energy dan Informasi Amerika Serikat soal persediaan.
Baca Juga
Melansir Marketwatch, Kamis (21/9/2017), harga minyak acuan dunia, Brent untuk kontrak November naik US$ 1,15 atau 2,1 persen ke level US$ 565,29 per barel di bursa ICE Futures Europe.
Advertisement
Sementara harga minyak acuan Amerika Serikat (AS) West Texas Intermediat untuk kontrak Oktober naik 93 sen, atau 1,9 persen untuk menetap di level US$ 50,41 per barel di bursa komoditas New York Mercantile.
Penetapan harga minyak AS itu tertinggi sejak 24 Mei lalu, menurut FactSet, dan untuk Brent, penetapan harga tersebut adalah yang paling tinggi sejak Maret.
Laporan dari Departemen Energi dan Informasi AS pada Rabu kemarin menunjukkan bahwa pasokan minyak mentah domestik naik 4,6 juta barel sepekan hingga 15 September kemarin.
Angka tersebut melampaui perkiraan kenaikan pasokan yang hanya 2,4 juta barel, menurut S&P Global Platts. Sementara American Petroleum Institues di akhir Selasa kemarin melaporkan kenaikan 1,4 juta barel.
"Hampir sebulan setelah Badai Harvey menghantam Texas Selatan, data menunjukkan signal bahwa operasional di kawasan sudah berangsur normal," ujar Troy Vincnet, analis minyak di Clipper Data.