Liputan6.com, Jakarta - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan. Langkah bank sentral memangkas suku bunga acuan ini konsisten dengan adanya ruang pelonggaran kebijakan moneter dengan rendahnya realisasi dan prakiraan inflasi.
Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter BI Dody Budi Waluyo menjelaskan, Dewan Gubernur memutuskan untuk menurunkan BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin dari 4,5 persen menjadi 4,25 persen, dengan suku bunga Deposit Facility turun 25 basis poin menjadi 3,50 persen dan Lending Facility turun 25 basis poinmenjadi 5 persen. Keputusan ini berlaku efektif sejak 25 September 2017.
Advertisement
Baca Juga
"Kebijakan penurunan suku bunga ini konsisten dengan adanya ruang pelonggaran kebijakan moneter dengan rendahnya realisasi dan prakiraan inflasi tahun 2017 dan 2018," jelas dia di gedung BI, Jakarta, (22/9/2017).
Dody melanjutkan, prospek perekonomian global diperkirakan semakin membaik terutama di negara maju. Pertumbuhan ekonomi AS diperkirakan lebih tinggi sejalan dengan perbaikan permintaan domestik. Demikian pula, pertumbuhan ekonomi di Eropa membaik seiring dengan peningkatan aktivitas konsumsi dan penurunan ketidakpastian sektor keuangan. Di
negara berkembang, perekonomian China diperkirakan tumbuh lebih baik didukung oleh konsumsi yang kuat dan penyaluran kredit yang meningkat. Peningkatan pertumbuhan di China diperkirakan dapat mengkompensasi penurunan pertumbuhan di India.
Di pasar komoditas, harga minyak relatif stabil dan harga komoditas ekspor Indonesia relatif tetap tinggi, terutama batubara dan tembaga. Relatif membaiknya pertumbuhan ekonomi global dan tetap tingginya harga komoditas dunia berdampak positif terhadap kinerja ekspor Indonesia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Ekonomi Indonesia
Dody melanjutkan, Bank Indonesia melihat bahwa perekonomian Indonesia pada kuartal III 2017 diperkirakan mulai membaik pada beberapa sektor. Perbaikan permintaan domestik terutama pada konsumsi rumah tangga mulai terlihat pada membaiknya penjualan ritel dan penjualan barang-barang tahan lama.
"Pertumbuhan ekonomi 2017 diperkirakan masih dalam kisaran 5 persen hingga 5,4 persen dan akan meningkat menjadi 5,1 persen hingga 5,5 persen pada 2018," kata dia.Â
Rupiah bergerak stabil dan cenderung terapresiasi. Selama Agustus 2017, secara rata-rata rupiah menguat sebesar 0,02 persen. Penguatan tersebut dipengaruhi oleh pelemahan dolar AS dan aliran masuk dana asing yang menyebabkan kondisi net supply di pasar valuta asing.
Inflasi terkendali pada level yang lebih rendah dari perkiraan semula. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Agustus 2017 tercatat 2,53 persen (ytd) atau secara tahunan mencapai 3,82 persen (yoy). Perkembangan ini merupakan dampak membaiknya pasokan, pengaruh faktor musiman pascalebaran dan liburan sekolah serta kontribusi positif berbagai kebijakan yang ditempuh Pemerintah disertai koordinasi yang kuat bersama Bank Indonesia.
Advertisement