Sukses

Pakai Rute Lama, Proyek Kereta Jakarta-Surabaya Bisa Jadi Rp 80 T

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) tengah memfinalisasi rencana pembangunan kereta cepat Jakarta-Surabaya.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) tengah memfinalisasi rencana pembangunan kereta cepat Jakarta-Surabaya. Hingga kini, pemerintah cenderung memilih menggunakan jalur eksisting dalam membangun proyek ini.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan saat ini pihaknya tengah melakukan kajian dengan Badan Pengkaji dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengenai bagaimana nantinya moda transportasi ini.

"Kita cenderung pakai yang eksisting. Pertimbangannya karena murah dan pembangunannya cepat," kata Budi Karya di Hotel Borobudur, Senin (25/9/2017).

Dia menambahkan, untuk tahap awal, pembangunan kereta semicepat ini akan difokuskan untuk jalur Jakarta-Semarang. Jalur ini menjadi fokus utama karena mayoritas permasalahan ada di lintas ini.

Permasalahan yang disebutkan Budi Karya adalah perlintasan sebidang. Jalur kereta eksisting Jakarta-Surabaya saat ini memiliki jumlah lintasan sebidang lebih dari 800. Jumlah ini mayoritas di jalur Jakarta-Semarang.

Dengan menggunakan jalur eksisting ini, Budi Karya menuturkan, negara bisa menghemat investasi menjadi hanya Rp 80 triliun. Sementara jika membangun jalur baru, maka investasi yang dikeluarkan lebih dari Rp 100 triliun.

"Jadi kalau kita mulai dari Jakarta-Semarang dulu, kalau investasinya Rp 70-80 triliun, kita bisa bayar separuhnya dulu," ujar dia.

Dengan penghapusan perlintasan sebidang serta merevitalisasi jalur yang sudah ada, Budi Karya mengaku kereta semicepat Jakarta-Surabaya bisa melaju dengan kecepatan 150 km/jam. (Yas)

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

2 dari 2 halaman

Dua Opsi Rute Jalur Kereta Cepat Jakarta-Surabaya

Sebelumnya, pemerintah akan memutuskan penggunaan prasarana proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya pada pekan depan. Salah satunya soal penggunaan rel untuk kereta tersebut.

Sempat muncul dua opsi, yaitu dengan menggunakan rel yang sudah ada (existing) atau membangun rel baru. Namun, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan menyatakan, kemungkinan besar opsi yang dipilih, yaitu menggunakan rel yang telah ada.

"Sepertinya akan begitu (menggunakan rel yang sudah ada)," ujar dia Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa, 19 September 2017.

Namun, ujar Luhut, soal penggunaan rel tersebut baru akan benar-benar diputuskan pada pekan depan. ‎"Minggu depan sudah akan ada putusan untuk pakai alternatif dulu, atau jalur yang dulu atau yang enggak. Mungkin awal minggu depan," kata dia.

Menurut Luhut, dengan memanfaatkan rel yang sudah ada, diharapkan bisa menghemat dana yang diperlukan untuk pembangunan proyek transportasi tersebut. Bahkan, penghematannya diperkirakan bisa mencapai lebih dari 50 persen dibandingkan dengan membangun rel baru.

"(Nilai investasinya dengan rel yang sudah ada?) Jauh itu, saya lupa. Pertimbangannya ada untung rugi, dia cost-nya enggak terlalu mahal. Kalau enggak, bisa Rp 100 triliunan lebih. (Bisa hemat setengahnya?) Bisa lebih," ujar dia.