Liputan6.com, Jakarta Pencurian data nasabah bank (skimming) melalui mesin anjungan tunai mandiri (ATM) dan berujung pada pembobolan tabungan nasabah marak terjadi belakangan ini. Bahkan, pembobolan ini melibatkan jaringan internasional.Direktur PT Bank Central Asia Tbk (Bank BCA) Santoso membenarkan kasus pembobolan ATM yang kerap terjadi dan kini menjadi perhatian industri perbankan saat ini."Kasus tentang skimming, trapping card dan lain-lain sering terjadi di kasus-kasus ATM bank. Namun kami memiliki cara-cara bagaimana menangkal agar bisa diminimalkan," kata dia kepada Liputan6.com, di Jakarta, Senin (25/9/2017).
Baca Juga
Perihal seberapa banyak nasabah BCA yang melaporkan sebagai korban skimming, Santoso tak menerangkan secara rinci. Dia mengaku jika jumlahnya hanya sedikit. "Saya tidak hafal berapa jumlahnya, namun tidak banyak," ujar dia.Untuk menghindari praktik tersebut, Santoso berpesan kepada nasabah untuk selalu menutup tangan ketika memasukkan kode PIN di ATM. "Pesan kami adalah agar nasabah bisa lebih hati-hati dengan menutup tangan sebelum menekan PIN," ujar dia.Direktur Perencanaan dan Operasional PT Bank Negara Indonesia Tbk (Bank BNI) Bob Tyasika Ananta mengakui bahwa ada nasabahnya yang melapor terkait aksi pembobolan data dan berunjung pada penarikan dana di luar negeri."Memang ada nasabah yang melapor mengenai pengambilan dana nasabah di luar negeri. Hal-hal tersebut sudah ditindaklanjuti untuk keamanan atau kenyamanan nasabah dengan beberapa action dan juga pengamanan untuk antisipasi ke depannya," jelas dia.Dia menerangkan, BNI akan melakukan berbagai upaya untuk menghadang praktik tersebut. Salah satunya memperkuat kerja sama dengan Kepolisian Republik Indonesia (Polri), interpol, polda, polres untuk berkoordinasi keamanan dan perlindungan data nasabah."Koordinasi lintas bank yang intens, VISA, MasterCard, Bank Himbara, Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI)," tukas dia.
Advertisement
Tonton Video Pilihan Berikut ini: