Sukses

Bos BCA Blakblakan soal Sindikat Pembobol ATM Asal Eropa

Aksi pembobolan rekening dan pencuri informasi memang kerap dilakukan warga negara asing (WNA).

Liputan6.com, Jakarta - Aksi pembobolan rekening nasabah bank melalui mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) masih sering terjadi di Indonesia. Aksi tersebut salah satunya diawali dengan pencurian informasi kartu debit atau skimming.

‎Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja menyatakan, aksi pembobolan rekening dan pencuri informasi ini memang kerap dilakukan warga negara asing (WNA). Biasnya para WNA tersebut datang ke Indonesia saat negara-negara di Eropa memasuki musim liburan.

"Setiap musim liburan Eropa pasti ada dari Rusia, Ukraina, Bulgaria yang datang ke Bali untuk pasang skimmer, alat pembaca network data," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Selasa (26/9/2017).

Dan yang mengejutkan, pelaku dari aksi pencurian data ini merupakan anak-anak muda. Menurut Jahja, WNA yang menjadi pelaku kejahatan tersebut rata-rata berumur antara 18 tahun hingga 30 tahun.

"Mereka biasanya anak-anak muda umur 18 tahun-30 tahun," kata dia.

Selain itu, aksi-aksi semacam ini memang sering terjadi, terutama di daerah-daerah tujuan wisata seperti Bali. Jahja bahkan menyebut dalam beberapa bulan sekali pihaknya selalu menangkap pelaku pencurian data dan pembobol ATM yang berasal dari Eropa.

"For info setiap beberapa bulan tim BCA menangkap grup-grup Eropa ini. Kita sudah siapkan perangkapnya," ujar dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Tips hindari pembobolan

Sekretaris Perusahaan PT Bank Mandiri Tbk Rohan Hafas mengatakan, agar tidak menjadi korban skimming, masyarakat diminta memeriksa lebih teliti kala bertransaksi di anjungan tunai mandiri (ATM) atau alat transaksi kartu debit lain. Sebab, biasanya alat skimming ini dipasang pada slot keluar masuk kartu ATM.

"Untuk menghindari skimming adalah memeriksa terlebih dahulu slot untuk memasukkan kartu. Apakah ada yang terlihat janggal atau tidak seperti biasanya," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com.

Sementara itu, pengamat perbankan Paul Sutaryono menyatakan, untuk menghindari skimming, masyarakat juga harus rajin mengganti PIN ATM secara berkala. Hal ini agar PIN yang sudah terlacak alat skimming kedaluwarsa dan tidak bisa digunakan.

"Yang utama nasabah bank harus menjaga PIN tidak jatuh ke pihak lain. Selain itu, PIN harus diganti secara berkala menurut kepentingannya dan harus terdiri dari enam digit," kata dia.

Selain itu, Paul juga berharap Bank Indonesia (BI) dan pihak perbankan terus berupaya untuk meningkatkan keamanan di mesin ATM. Dengan demikian, aksi-aksi kejahatan seperti‎ ini bisa dihindari.

"BI dan bank sebagai penerbit kartu wajib terus-menerus berupaya untuk membentengi ATM," ujar dia.