Sukses

Aksi Ambil Untung Bikin Harga Minyak Tertekan

Beberapa analis skeptis dengan kenaikan harga minyak karena peningkatan penyulingan minyak di Amerika Serikat (AS).

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak ditutup turun pada perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Pelemahan tersebut usai investor melakukan aksi ambil untung setelah harga minyak menyentuh level tertinggi dalam 26 bulan terakhir. Harga minyak naik ke level tertinggi usai Turki mengancam akan mengurangi ekspor ke wilayah Kurdistan Irak.

Mengutip Reuters, Rabu (27/9/2017), harga minyak Brent yang merupakan harga patokan dunia turun 58 sen atau 1 persen ke level US$ 58,44 per barel setelah mencapai angka US$ 59,49 per barel yang merupakan level tertinggi sejak Juli 2015.

Sedangkan harga minyak mentah AS ditutup turun 34 sen atau 0,7 persen ke angka US$ 51,88 per barel, setelah mencapai level tertinggi lima bulan di US$ 52,43 per barel.

Presiden Turki Tayyip Erdogan kembali mengulangi ancamannya untuk memotong pasokan minyak mentah yang menyalurkan kurang lebih 600 ribu barel per hari ke Irak Utara usai adanya peningkatan ketegangan politik selama Kurdi melakukan referendum.

Usai reli tersebut membuat pelaku pasar melakukan aksi ambil untung. "Pasar sudah mendekati level jenuh beli," jelas Direktur Mizuho Americas Robert Yawger.

Beberapa analis skeptis dengan kenaikan harga minyak karena peningkatan penyulingan minyak di Amerika Serikat (AS).

Pada perdagangan sebelumnya, harga minyak naik karena adanya peningkatan permintaan dari China. Selain itu langkah Turki yang mengganggu arus minyak ke wilayah Kurdistan Irak juga membantu menaikkan harga minyak.

 

Sementara itu, OPEC, Rusia dan beberapa produsen lainnya telah memangkas produksi sekitar 1,8 juta barel per hari (bpd) sejak awal 2017, membantu mengangkat harga minyak sekitar 15 persen dalam tiga bulan terakhir.

Pada pertemuan OPEC di hari Jumat, beberapa negara mengatakan bahwa hambatan produksi memiliki dampak yang diinginkan pasar dan harga.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: