Liputan6.com, Jakarta Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan memperkirakan pertumbuhan kebutuhan listrik pada tahun ini tidak akan setinggi tahun-tahun sebelumnya. Kebutuhan tersebut akan mengikuti pertumbuhan ekonomi nasional.
Jika pada tahun sebelumnya, pertumbuhan kebutuhan listrik mencapai 7 persen, maka pada tahun ini diperkirakan hanya 5 persen.
Advertisement
Baca Juga
‎"Demand itu biasanya setahun itu 6 persen-7 persen kenaikannya, tapi ini di semester I kenaikannya baru 2,3 persen-2,5 persen. Saya kan baru setengah tahun, hitungannya dari Januari sampai Juni itu. Nanti kita lihat bahwa mungkin demand-nya itu tahun ini sekitar 5 persen paling," ujar dia di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (27/9/2017).
Menurut Jonan, melambatnya pertumbuhan kebutuhan listrik tersebut bukan akibat daya beli masyarakat melainkan karena mengikuti kondisi ekonomi.
"Bukan karena daya beli. Memang kan ini dibangun cepat sekali ya yang proyek 35 ribu MW itu. Jadi kalau demand-nya kan tidak mungkin secepat itu. Demand itu mengikuti pertumbuhan ekonomi, mungkin 5,1 persen-5,2 persen, ya kira-kira demand-nya seperti itu. Tidak mungkin demand-nya sampai 10 persen, ya enggak juga," tandas dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Â
PLN Sudah Dapat Rp 117 Triliun untuk Proyek 35 Ribu MW
PT PLN (Persero) membutuhkan dana Rp 585 triliun untuk membangun pembangkit dan jaringan kelistrikan, yang masuk dalam program kelistrikan 35 ribu megawatt (MW). Dari 2015 sampai September 2017, PLN telah mendapat komitmen pendanaan sebesar Rp 117,4 triliun.
‎Direktur Bisnis Regional Sulawesi PLN Syamsul Huda mengatakan, dari Rp 585 triliun dana yang dibutuhkan, Rp 200 triliun dianggarkan untuk pembangunan pembangkit dan Rp 385 triliun dianggarkan untuk pembangunan jaringan kelistrikan berupa transmisi dan distribusi.
‎"Pembangunan transmisi 46 ribu kilometer sirkit (kms), kemudian gardu induk 109 mega volt ampere (MVA), dari ujung barat sampai ujung timur, dari 191 pembangkit, 83 di antaranya ditangani langsung PLN," kata Syamsul, dialam diskusi Pertambangan dan Energi Expo 2017, di kawasan Mega Kuningan, Jakarta, Rabu (28/9/2017).
Menurut Syamsul, dari awal dimulainya program 35 ribu MW pada 2015 sampai September 2017, PLN telah memperoleh sumber pendanaan Rp 117,4 triliun. Dana tersebut berasal dari berbagai sumber pendanaan.
"Jadi dasarnya kebututan 585 triliun, yang sudah komit Rp 117,4 triliun," ujar Syamsul.
Syamsul melanjutkan, pada 2017 saja PLN menargetkan penandatanganan pinjaman Rp 50,1 triliun. Sementara untuk 2018 sampai 2021, PLN merencanakan penandatanganan pinjaman sebesar Rp 349,6 triliun.
‎"Secara bertahap kita mencari pendataannya, kita terus mencari pendanaan sampai Rp 585 triliun yang dibutuhkan untuk program 35 ribu MW kita penuhi," tutup Syamsul.
Advertisement