Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai realisasi inflasi pada September 2017 sebesar 0,13 persen masih dalam kisaran target pemerintah setiap bulan. Potensi gejolak harga pangan dapat terjadi pada akhir tahun karena ada Hari Raya Natal dan persiapan menjelang Tahun Baru.
"Kita ingin kan supaya inflasi antara 3-4 persen per tahun. Sebenarnya kalau per bulan 0,25-0,3 persen, itu oke," kata Darmin di kantornya, Jakarta, Senin (2/10/2017).
Untuk diketahui, pemerintah menargetkan inflasi 4,3 persen di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2017.
Advertisement
Baca Juga
Darmin menjelaskan, gejolak harga pangan (volatile food) terkendali di September ini. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS), bahan makanan menyumbang deflasi 0,53 persen dengan andil deflasi 0,11 persen.
"Tapi biasanya volatile food akan berisiko pada Desember atau Januari kalau melihat hujannya masih agak baik," ucapnya.
Dia bilang, musim hujan yang mulai datang pada September dan Oktober ini masih dapat melakukan kegiatan penanaman padi, walaupun tidak dalam skala besar. Hal itu juga berdampak pada hasil panen ketiga yang cukup baik karena didukung intensitas hujan yang bagus.
"Sedangkan kalau panen ketiganya mengalami kemarau agak panjang, itu yang repot," ujar mantan Gubernur Bank Indonesia (BI).
Menurut Darmin, meski tren inflasi biasanya naik pada akhir tahun, dia meyakini inflasi tersebut akan lebih terjaga dalam tiga bulan ke depan.
"(Tren akhir tahun meningkat?) Tidak, itu menanjak di November-Desember," kata dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Penyebab inflasi
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, inflasi kembali terjadi pada September sebesar 0,13 persen. Sementara inflasi tahun kalender mencapai 2,66 persen dan tahun ke tahun sebesar 3,72 persen.
"Inflasi 0,13 persen terkendali. Lebih rendah dibanding September 2016 yang inflasi 0,22 persen. Tapi lebih tinggi dibanding September 2015 ada deflasi 0,05 persen. Diharapkan sampai akhir tahun terkendali, sehingga bisa mencapai target," ujar Kepala BPS Suhariyanto, di kantornya, Jakarta, Senin (2/10/2017).
Dia menyebutkan, dari 82 kota, sebanyak 50 mencetak inflasi dan 32 kota deflasi. Inflasi tertinggi di Tual sebesar 1,59 persen, sedangkan yang terendah di Depok dan Mamuju masing-masing sebesar 0,01 persen.
Sementara yang mencetak deflasi tertinggi adalah Manado sebesar 1,04 persen, sedangkan deflasi terendah di Tembilahan 0,01 persen.
Penyebab inflasi Juli 2017 menurut kelompok pengeluaran‎, yakni:
1. Bahan makanan deflasi 0,53 persen dengan andil deflasi 0,11 persen.
Bawang merah mencatat penurunan harga tajam sehingga memberi andil deflasi. Daging ayam ras dan bawang putih juga memberi andil deflasi 0,03 persen.
Sementara telur ayam ras, cabai rawit, dan beberapa komoditas bayam, serta semangka menyebabkan deflasi untuk bahan makanan. Cabai merah dan beras mencatat kenaikan harga tipis dan memberi andil inflasi, termasuk ikan segar, pepaya, dan garam.
2. Makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau memberi inflasi 0,34 persen, dengan sumbangan ke inflasi 0,06 persen. Harga bubur, mi, dan rokok kretek filter memberi andil inflasi 0,01 persen.
3. Perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar memberi inflasi 0,21 persen, dengan andil 0,05 persen. Kenaikan harga besi beton, dan sewa tarif rumah jadi pendorong.
4. Sandang memberi inflasi‎ 0,52 persen dengan andil 0,03 persen.
Pergerakan harga emas di pasar internasional berpengaruh dengan memberi andil 0,02 persen.
5. Kesehatan memberi inflasi 0,16 persen dengan andil 0,01 persen.
6. Pendidikan, rekreasi, dan olahraga memberi inflasi 1,03 persen, dengan andil inflasi 0,08 persen. Kenaikan uang kuliah dan tarif rekreasi jadi penyebab.
7. Transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan inflasi memberi 0,02 persen, dengan andil 0,01 persen.
Â
Advertisement