Sukses

Perusahaan Berkantor Pusat di Catalonia Bakal Pindah

Sejumlah perusahaan yang berada di Catalonia, Spanyol, akan memindahkan kantor pusat mereka ke wilayah lain di Spanyol.

Liputan6.com, London - Sejumlah perusahaan yang berada di Catalonia, Spanyol, akan memindahkan kantor pusat mereka ke wilayah lain di Spanyol.

Pada akhir pekan lalu, CaixaBank, pemasok energi gas alam Natual Fenisa dan Dogi International Fabrics, akan memindahkan kantor pusatnya dari ibu kota Catalonia, Barcelona.

Pemerintah Catalonia berencana membuat deklarasi kemerdekaan sepihak dari Spanyol usai referendum yang disengketakan pada Minggu lalu. Pada hasil referendum itu, 2 juta warga Catalan memutuskan untuk lepas dari Spanyol. Belum jelas rencana itu, namun sebuah partai pro kemerdekaan menyatakan kalau waktunya sudah tiba.

"Kami pikir sekarang saatnya institusi mengumumkan kemerdekaan. Rakyat telah berbicara dan meminta kemerdekaan, dan sekarang saatnya institusi mengikuti," ujar Carles Rierra, Juru Bicara CUP, seperti dikutip dari laman CNN Money, Senin (9/10/2017).

Sejumlah perusahaan pun tidak menunggu untuk melihat bagaimana perkembangan politik. CaixaBank, pemberi pinjaman terbesar ketiga di Spanyol akan memindahkan kantor terdaftarnya ke Valencia. Perpindahan itu juga memprioritaskan perlindungan terhadap klien, pemegang saham, serta karyawan seiring situasi politik dan sosial.

Sementara itu, perusahaan Fenosa menyatakan, ketidakpastian hukum yang berasal dari kejadian baru-baru ini mendorong keputusannya memindahkan kantor resminya. Ini juga untuk melindungi kepentingan perushaaan, pelanggan, karyawan, kreditor dan pemegang saham.

Selain itu, Banco Sabadeli menegaskan pihaknya juga akan memindahkan kantornya dari Barcelona ke Alicante.

Adapun, perusahaan bioteknologi Oryzon Genomics mengatakan, pihaknya bergerak pindah dari Barcelona ke Madrid untuk mengoptimalkan efektivitas operasional dan hubungannya dengan investor.

Pemerintah daerah Catalonia juga mencegah kerusakan lebih lanjut akibat perselisihan. Pejabat lokal menyatakan, kalau pihaknya membentuk komite untuk membantu meyakinkan perusahaan yang khawatir dengan prospek di kawasan Catalonia. Ini seiring situasi ekonomi dan politik.

"Tujuan utama dari inisiatif ini adalah memberikan ketenangan dan keamanan kepada setiap perusahaan yang beroperasi di Catalonia," ujar Josep Lluis Merida, Juru Bicara Pemerintah Catalonia.

Pemerintah Spanyol juga mempermudah perusahaan untuk pindah dengan mengeluarkan undang-undang (UU) yang menghapus syarat untuk pindah ke tempat baru.

Presiden Kamar Dagang Inggris di Spanyol, Christopher Dottle, mengatakan, kemerdekaan akan berarti risiko baru bagi bisnis. Dia menuturkan, sejumlah perusahan ingin memindahkan kantor pusatnya ke wilayah Spanyol. Hal ini agar perusahaan mendapatkan stabilitas dan keamanan ketimbang tempat yang tidak stabil dan berisiko.

"Kami tidak mengatakan apa yang harus terjadi. Tapi kami punya tanggung jawab untuk memperingatkan biaya ekonomi dari ketidakpastian dan ketidakstabilan," kata Dotte.

Catalonia adalah wilayah paling kaya secara ekonomi di Spanyol. Wilayah itu menjadi tuan rumah bagi 7.100 perusahaan asing, termasuk Volkswagen, Nissan, dan Cisco.

Jika wilayah itu menyatakan kemerdekaan, pemerintah Spanyol akan bereaksi dengan menerapkan peraturan langsung di wilayah tersebut yang dapat ciptakan ketidakpastian dan mengganggu bisnis.

Jika berhasil melepaskan diri, kemungkinan Catalonia akan menutup diri dari Uni Eropa. Perusahaan di Catalan akan hadapi prospek yang baru di negara merdeka tanpa perjanjian perdagangan formal.

"Situasi yang bahkan lebih serius dari Brexit," kata Ekonom Berenberg Bank, Carsten Hesse.

Sejumlah pengusaha juga enggan untuk merinci rencana operasional di Catalonia. Seorang juru bicara SEAT, pembuat mobil Volkswagen mengatakan kalau pihaknya mempertimbangkan kantor pusatnya "hanya rumor".

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

2 dari 2 halaman

Alasan Perceraian

Telah berabad-abad Catalonia meminta berpisah dari Spanyol. Akan tetapi, semangat pemisahan diri berkobar secara luas saat kepemimpinan diktator Spanyol Fransisco Franco pada akhir 1970-an. Pembatasan otonomi yang dilakukan Franco adalah pemicu nasionalisme Catalonia.

Selain itu, Catalonia beralasan ingin berpaling karena memiliki budaya dan bahasa sendiri serta mempunyai wilayah industri yang menjadi penyumbang ekonomi nomor lima terbesar bagi pemerintah pusat di Madrid. Semua itu dirasa menjadi alasan yang tepat untuk tidak lagi bersama Spanyol.

Madrid sudah sewajarnya was-was atas permintaan Catalonia memisahkan diri. Pada 2014, ketika referendum tidak resmi dilangsungkan, sekitar 80 persen penduduk Catalonia setuju berpisah.

Dari keterangan Wakil Presiden Catalonia Joana Ortega, warga yang memberikan suaranya berjumlah sekitar 2 juta orang. Walau begitu, ia tidak menjabarkan detail lengkap berapa jumlah pemilih yang terdaftar dalam referendum yang dianggap ilegal oleh Spanyol itu.

Kemenangan tidak resmi ini juga disambut baik oleh Presiden Catalonia, Arthur Mas. Dia menyebut hasil tersebut sebagai kesuksesan besar.

"Sebuah kesuksesan yang lengkap, ini karena pemilih (kemerdekaan) lebih dari 2 juta, meskipun pemungutan suara ditentang Madrid," sebut Mas, seperti dikutip dari Russian Today, Senin, 10 November 2014.

"Supaya tidak ada yang lupa, khususnya pemerintah Spanyol, bahwa Catalonia sekali lagi menunjukkan niat mereka untuk membentuk pemerintahan sendiri," ucap dia.