Sukses

Penjelasan Faisal Basri Soal Penurunan Daya Beli Masyarakat

Porsi pendapatan yang ditabung pada kuartal II 2017 meningkat menjadi 20,77 persen dari 18,6 persen pada kuartal II 2016.

Liputan6.com, Jakarta - Isu penurunan daya beli masyarakat sempat menjadi bahan perbincangan yang hangat. Bahkan, Joko Widodo (Jokowi) turut berkomentar dan menyebutnya isu tersebut bermuatan politik.

Pengamat Ekonomi Faisal Basri menyatakan, fenomena terjadi di Indonesia saat ini adalah penurunan konsumsi masyarakat kelas menengah ke atas. Namun, menurut dia, secara keseluruhan daya beli masyarakat tidak menurun.

"Tidak ada kejadian luar biasa yang menyebabkan daya beli masyarakat secara nasional mengalami penurunan," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (10/10/2017).

Faisal mengungkapkan penurunan omzet atau laba hingga penutupan beberapa outlet ritel modern dan pusat perbelanjaan tidak bisa dijadikan acuan terjadinya penurunn daya beli masyarakat.

"Begitu banyak ragam barang dan jasa serta berbagai kelompok pendapatan. Sangat boleh, jadi penjualan beberapa produk turun dan daya beli kelompok pendapatan tertentu juga turun. Tetapi secara keseluruhan naik, yang tercermin dari peningkatan riil konsumsi masyarakat sekitar 5 persen, sementara secara nominal naik sekitar 8 persen," jelas dia.

Sementara indikasi penurunan konsumsi kelompok masyarakat menengah ke atas dinilai hanya untuk berjaga-jaga. Hal ini dilihat dari kenaikkan nilai tabungan di perbankan.

Faisal memaparkan, porsi pendapatan yang ditabung pada kuartal II 2017 meningkat menjadi 20,77 persen dari 18,6 persen pada kuartal II 2016. Selain itu, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) naik tajam sejak Oktober 2016 dan mencapai dua digit yaitu 11,2 persen pada Mei 2017.

"Ada pula yang beralih ke belanja online atau e-commerce. Tetapi porsinya masih relatif kecil, tidak sampai 2 persen dari bisnis ritel secara total," tandas dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: