Sukses

3 Tahun Jokowi-JK, Pasokan Listrik RI Bertambah 7.000 MW

Penambahan pasokan listrik tersebut berdampak pada pemerataan kelistrikan (rasio elektrifikasi) di Indon‎esia.

Liputan6.com, Jakarta Sektor kelistrikan menjadi salah satu prioritas Pemerintahan Presiden Joko‎ Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK). Dengan membuat program kelistrikan 35 ribu megawatt (MW) dan membuat tarif listrik terjangkau.

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Dadan Kusdiana mengatakan, selama tiga tahun pemerintahan Jokowi JK‎, pasokan listrik bertambah 7 ribu MW. Dengan begitu, total pasokan listrik Indonesia menjadi 60 ribu MW. Tambahan ini berasal dari pembangkit yang masuk dalam program 35 ribu MW.

Penambahan pasokan listrik tersebut berdampak pada pemerataan kelistrikan (rasio elektrifikasi) di Indon‎esia, yang hingga September 2017 sudah mencapai 93,08 persen. Realisasi ini melebihi target yang ditetapkan pada 2017 sebesar 92,75 persen.

"Target sampai 2019 rasio elektrifikasi itu 97 persen. Pak menteri berupaya lebih jadi 99 persen di 2019," kata Dadan, seperti dikutip di Jakarta, Rabu (18/10/2017).

Dadan melanjutkan, untuk listrik yang berasal dari pembangkit berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT) ‎dari Pembangkit Listrik Panas Bumi, meningkat dari 1.403,5 MW pada 2014, menjadi 1.698,5 MW pada 2017. Adapun dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) kapasitas pasokannya meningkat dari 122,7 MW di 2014 menjadi 259,8 MW pada tahun ini.

Terkait dengan tarif listrik, pemerintah terus berupaya membuat biaya tagihan listrik dapat terjangkau. Berdasarkan catatan Kementerian ESDM, tarif listrik turun dalam tiga tahun terakhir.

Untuk tegangan rendah pada 2014, level tertinggi tarif listrik sebesar Rp 1.571 per kilowatt hour (kWh), sedangkan sepanjang 2017 tarif tegangan rendah Rp 1.467 per kWh. Begitu juga dengan tarif listrik tegangan menengah sebesar Rp 1.114 per kWh dan tegangan tinggi Rp 996 per kWh.

Menurut Dadan, menurunnya tarif listrik tersebut merupakan dampak dari upaya efisiensi PT PLN (Persero) dalam menurunkan Biaya Pokok Produksi (BPP) listrik.

‎"BPP kita turun Rp 15 dibanding tahun lalu. Menurut saya dengan tetap sebuah prestasi kan kita lawan inflasi," tutur Dadan.