Liputan6.com, Jakarta Pengusaha berharap daya beli dan ekonomi Indonesia pada semester II mengalami perbaikan. Dengan demikian diharapkan bisa mendorong pertumbuhan industri ritel yang tengah melesu.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani mengatakan, pada tahun ini, industri ritel memang sangat terpuruk. Hal tersebut ditandai dengan tutupnya gerai sejumlah ritel modern sepanjang tahun ini.
Baca Juga
"Saya lihat ritel (yang paling berat) karena mereka meng=covernya ke masyarakat menengah ke bawah, itu problemnya mereka tidak punya cukup uang untuk belanja, sehingga seperti Ramayana, Matahari, beberapa gerainya tutup. Seperti Alfamart, Indomaret, toko-toko lamanya juga tercatat penurunan," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Minggu (22/10/2017).
Advertisement
Hariyadi menyatakan, selama semester II ini yang masih harus menjadi perhatian pemerintah adalah soal daya beli masyarakat. Hal tersebut bukan soal turunnya daya beli masyarakat di kalangan bawah, melainkan daya beli masyarakat menengah ke atas yang sebenarnya memiliki kemampuan untuk berbelanja lebih besar.
"Yang harus diwaspadai memang daya beli, ini karena secara sistematis terlihat tren bahwa sebetulnya kelompok masyarakat yang mempunyai daya beli tinggi, yang menengah atas ini mereka seperti menahan belanja," kata dia.
Oleh sebab itu, Hariyadi berharap pada semester II tahun ini terjadi peningkatan belanja di masyarakat. Dengan demikian akan membantu meningkatkan ekonomi Indonesia di akhir tahun.
"Memang diharapkan di semester II ini membaik, kita harapkan dari segi permintaan atau pembelian masyarakat itu meningkat. Ini mudah-mudahan di semester II mereka (kelas menengah ke atas) ada confidence untuk meningkatkan konsumsinya. Dan pelaku usahanya sudah berani untuk melakukan ekspansi usaha," tandas dia.