Sukses

Ini Fakta Kelam di Balik Biaya Pendidikan Gratis di 4 Negara Maju

Kebijakan pemerintah memberikan subsidi biaya pendidikan untuk perguruan tinggi ternyata memiliki efek samping tersendiri bagi negara.

Liputan6.com, New York - Fasilitas biaya pendidikan gratis menjadi bentuk bantuan pemerintah yang banyak didapat penduduk negara maju. Mereka yang tinggal di Prancis, Jerman, Denmark dan Swedia sudah kenal betul akan hal ini.

Bahkan ada negara yang rela menanggung semua biaya pendidikan di tingkat Universitas. Akhirnya, para mahasiswa pun bisa lulus tanpa memiliki utang sama sekali.

Meski demikian, ada fakta tersembunyi di balik subsidi pembiayaan pendidikan oleh pemerintah negara maju ini. Berikut ulasannya dilansir dari Business Insider, Rabu (25/10/2017):

1. Prancis

Universitas negeri di Prancis memberlakukan biaya pendidikan gratis bagi mahasiswanya. Namun subsidi tersebut belum termasuk asuransi kesehatan sebesar US$ 237 yang harus dibayarkan.

Ditambah biaya hidup di Prancis juga tinggi. Walau mahasiswa di sana bisa menikmati pendidikan tanpa memikirkan biaya, banyak mahasiswa di Prancis yang tetap harus bekerja paruh waktu demi mendapat uang untuk kebutuhan sehari-hari.

Alhasil, ini akhirnya berpengaruh pada lama masa studi beberapa mahasiswa. Tak jarang, mereka pun harus lulus lebih lama.

2. Jerman

Meski pendidikan tinggi di Jerman tidak sepenuhnya gratis, biaya kuliah di negara ini termasuk salah satu yang termurah di dunia. Tapi tetap ada tantangan yang harus mahasiswa hadapi saat berkuliah di negara ini.

Menurut penuturan salah satu penduduk di sana, rasio antara dosen dan mahasiswa sangatlah besar. Akibatnya, mahasiswa memiliki jadwal kelas yang lebih sedikit dan waktu terbatas untuk bertemu dosen.

 

2 dari 2 halaman

Selanjutnya

3. Denmark

Semua penduduk Denmark memiliki kesempatan yang sama untuk duduk di bangku perkuliahan. Inilah mengapa pembiayaan kuliah di negara ini seluruhnya gratis.

Kebijakan ini tentu mendatangkan efek tersendiri. Pendidikan yang gratis akhirnya membuat jumlah "mahasiswa abadi" di negara ini meningkat. Istilah ini mengacu pada orang yang tidak pernah menyelesaikan kuliahnyanya namun terus terus mengubah program studi dari tahun ke tahun.

4. Swedia

Sama seperti tiga negara di atas, pemerintah Swedia juga memberi subsidi penuh bagi warganya yang ingin meneruskan pendidikan ke tingkat universitas. Hal ini tentu memberi keleluasaan sendiri bagi penduduk.

Mereka tidak terbebani untuk menyelesaikan gelar sarjananya dengan cepat karena masalah finansial. Rata-rata, penduduk Swedia mulai masuk dunia kerja di usia yang cenderung terlambat. Ini akhirnya memberi efek pada usia rata-rata penduduk yang baru memiliki anak pertama di usia pertengahan 30 tahun.