Sukses

Pasokan dari Irak Berkurang Bikin Harga Minyak Bervariasi

Ekspor minyak dari Irak selatan turun sebesar 110 ribu barel per hari pada bulan ini.

Liputan6.com, New York - Harga minyak sedikit berubah akibat gangguan pasokan dari Irak, yang mengurangi ekspor dari produsen terbesar kedua OPEC tersebut dan terjadinya perlambatan pengeboran di AS.

Melansir laman Reuters, Selasa (24/10/2017), harga minyak mentah Brent turun 38 sen ke posisi US$ 57,37 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS berakhir naik 6 sen menjadi US$ 51,90 per barel.

Ekspor minyak dari Irak selatan turun sebesar 110 ribu barel per hari pada bulan ini, menurut data pengiriman dan sumber industri. Ini disebabkan berkurangnya pasokan dari ladang Kirkuk utara.

"Sepertinya ada banyak yang bersaing ... dan harga minyak mentah tampaknya membingungkan," kata Stewart Glickman, Kepala Penelitian Energi CFRA Research di New York.

Jumlah pengeboran rig AS juga tercatat turun menjadi 736 dalam sepekan hingga 20 Oktober. Ini merupakan tingkat terendah sejak Juni, menurut perusahaan jasa energi Baker Hughes.

Namun analis mengatakan pengurangan rig pengeboran di Amerika Serikat berlaku sementara karena aktivitas terkendali usai ancaman badai.

"Kami pikir penurunan aktivitas minyak shale merupakan indikasi kenaikan biaya. Break-evens lebih tinggi di luar titik-titik geologis, turunnya produktivitas sumur awal dan hambatan arus kas dengan harga rendah yang tidak stabil," menurut Standard Chartered mengatakan dalam sebuah catatan.

Di sisi lain, pelaku pasar juga menunggu data dari kelompok industri American Petroleum Institute (API) dan Departemen Energi AS untuk Administrasi Informasi Energi (EIA) di akhir pekan ini, yang bisa menjadi petunjuk mengenai langkah penyeimbangan ulang.

Persediaan minyak mentah AS cenderung turun untuk pekan kelima berturut-turut, menurut jajak pendapat Reuters pada Senin.

Harga minyak memang telah meningkat selama beberapa sesi terakhir oleh gangguan pasokan di Irak utara, di mana ketegangan telah meningkat sejak wilayah Kurdistan mendukung kemerdekaannya.