Sukses

MAP: Kinerja Lotus Merah, Makanya Kita 'Amputasi'

Publik kembali dikejutkan dengan penutupan gerai Lotus dan Debenhams menjelang akhir tahun ini.

Liputan6.com, Jakarta Publik kembali dikejutkan dengan penutupan gerai Lotus dan Debenhams menjelang akhir tahun ini. Pengelola, PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAP) terpaksa mengakhiri operasional kedua department store ini karena mencatatkan kinerja kurang menguntungkan bagi perusahaan.

Hal ini disampaikan Komisaris MAP, Handaka Santosa, saat Diskusi Kongkow Bisnis Pas FM dengan tema "Sejumlah Retailer Berguguran, Apakah Ini Akhir Dari Industri Ritel Konvensional" di Hotel Ibis, Jakarta, Rabu (1/11/2017).

"Lotus tiga gerai habis, Debenhams satu gerai di Senayan City kita putuskan keluar saja (tutup)," ucap Handaka.

Sebelumnya, Lotus ditutup karena alasan penjualan sepi. Handaka mengaku, hasil penjualan dari Lotus tidak menutup segala ongkos operasional gerai tersebut, seperti bayar sewa tempat, biaya listrik, dan gaji karyawan. Artinya, lebih besar pasak daripada tiang.

"Kalau kinerja merah selama tiga bulan, tidak apa karena masih bisa disubsidi silang. Tapi kalau sudah dua tahun merahnya terlalu tinggi, ya berat. Makanya kita amputasi sekarang," dia menerangkan.

Sementara untuk gerai Debenhams yang hanya satu, yang terletak di Senayan City Mall, diakui Handaka, ada pembicaraan dengan pengembang (landlord) bahwa akan mengubah konsepnya. Bukan lagi dengan anchor tenant, melainkan flagship store. Nantinya akan ada gerai-gerai resmi yang menjual barang dengan mereknya sendiri.

"Jadi nanti ada Zara, dan lainnya dengan image flagship. Kebetulan konsepnya diubah, kita sekalian keluar saja," ucap Komisaris MAP itu.

Menurut Handaka, keputusan menutup Lotus dan Debenhams merupakan strategi bisnis perusahaan lebih kinclong. MAPI merupakan salah satu emiten yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

"MAP kan go public, jadi kita pertimbangkan pertumbuhan dan profit. Kita perlu pertumbuhan, supaya lebih banyak minat investor. Jadi ini strategi bisnis kita, harus ambil keputusan ini supaya perusahaan bisa berkembang dan yang eksisting tetap berkelanjutan," terangnya.

"Masa kita egois mempertahankan sehingga merah (kinerja) makin banyak, dan membahayakan perusahaan," tukas Handaka.