Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) mencatatkan pendapatan sebesar US$ 31,38 miliar hingga kuartal III 2017. Selain itu, perusahaan plat merah tersebut meraih laba mencapai US$ 1,99 miliar pada periode yang sama.
Direktur Utama Pertamina Elia Massa Manik mengatakan hal ini disokong oleh produksi minyak sepanjang Januari-September 2017 mencapai 342 ribu barel per hari (MBOPD) atau tumbuh 11 persen dibandingkan periode sama 2016 sebesar 309 MBOPD.
Sedangkan, produksi gas tumbuh 4 persen dari 1.953 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) pada periode Januari-September 2016, menjadi 2.030 MMSCFD pada periode yang sama 2017. Sehingga total produksi minyak dan gas mengalami kenaikan 7 persen, dari 646 ribu barel setara minyak per hari (MBOEPD) menjadi 693 MBOEPD.
Advertisement
Baca Juga
Untuk kinerja panas bumi juga mengalami pertumbuhan cukup signifikan yakni 31 persen dari 2.233 Giga Watt Hour (GWh) pada September 2016 menjadi 2.932 pada periode sama tahun 2017.
“Peningkatan produksi geothermal Pertamina menunjukkan komitmen tinggi perusahaan terhadap pengembangan energi baru terbarukan yang ramah lingkungan, serta mendorong peningkatan rasio elektrifikasi dari panas bumi dengan kapasitas terpasang Pembangkit Listrik Tanaga panas Bumi yang saat ini mencapai 587 MW,” ujar dia di kawasan MH Thamrin, Jakarta, Kamis (2/11/2017).
Untuk pola komposisi konsumsi BBM jenis gasoline, lanjut Elia, Pertamina mencatat pada periode sembilan bulan di 2017, untuk Premium (RON 89) mencapai 39,9 persen, Pertalite (RON 90) 42,21 persen, Pertamax (RON 92) sebesar 17,1 persen dan Pertamax Turbo (RON 98) sebesar 0,8 persen.
Demikian pula, komposisi konsumsi BBM jenis diesel juga mengalami pergeseran. Pada September 2017, komposisi konsumsi diesel tercatat Solar atau Bio Solar 96,4 persen, Dexlite 2,3 persen dan Pertamina Dex 1,3 persen.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Sektor hulu
Di sektor hulu, Pertamina telah merealiasasikan salah satu proyek prioritas pemerintah yakni unitisasi Lapangan Jambaran Tiung Biru, yang sudah groundberaking pada September 2017.
Lapangan yang memiliki kompleksitas tinggi dengan kandungan CO2 34 persen, fasilitas pemrosesan gas 330 juta kaki kubik per hari (MMSCFD), dan produksi gas jual 172 MMSCFD.
Jambaran Tiung Biru diharapkan dapat mengatasi defisit pasokan gas dan menghidupkan industri di Jawa Tengah dan Jawa Timur, dengan cadangan gas sebesar 2.5 triliun kaki kubik (TCF). Dalam proyek ini, Pertamina telah menginvestasikan dana sebesar US$ 1,547 miliar.
Sementara itu, saat ini Pertamina juga fokus untuk mempersiapkan alih kelola Blok Mahakam yang akan dimulai pada Januari 2018. “Kami ingin memastikan alih kelola ladang gas di Kutai, Kalimantan Timur itu berlangsung sebaik-baiknya.
Di tahun ini kami akan mengebor 15 sumur yang diproyeksikan berproduksi pada 1 Januari 2018 saat Pertamina menjadi operator," tandas Massa.
Advertisement