Sukses

Menteri Hanif: Agar Bisa Menang, Kita Harus Berubah

Daya saing di semua aspek perlu didorong supaya memenangkan kompetisi.

Liputan6.com, Jakarta Inovasi merupakan kunci dalam memenangkan persaingan. Tanpa inovasi, maka semua hal akan tertinggal.

Demikian disampaikan Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri saat menutup program Colective Creative Learning and Action for Sustainable Solution (Co-CLASS di Kementerian Ketenagakerjaan Jakarta, Sabtu (4/11/2017).

"Hari ini memang tantangan kita soal kompetisi, di mana-mana orang harus bersaing. Mau tidak mau, suka tidak suka. Persaingan terjadi antara semua hal, semua pihak," kata dia.

Daya saing di semua aspek perlu didorong supaya memenangkan kompetisi. Tak hanya soal kompetisi, menurutnya, perlu kolaborasi supaya kompetisi tidak mematikan satu sama lain.

"Sehingga dua-duanya menjadi semacam energi, baik kita sebagai pribadi, katakan kelompok, maupun bangsa. Ketika dua hal ini semangat kompetensi sekaligus kolaborasi saya yakin kita bisa maju bersama-sama," jelas dia.

Lebih lanjut, dia menambahkan, kondisi di dunia terus mengalami perubahan. Baik dari sisi teknologi hingga cara berpikir masyarakat. Maka dari itu, inovasi terus didorong.

Hal ini sebagaimana pesan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Untuk memenangkan persaingan, maka cara kerja pun mesti mengalami perubahan.

"Presiden paling sering menyampaikan soal ini. Kita tidak bisa bekerja business as usual. Kita tidak bisa bekerja begitu-begitu saja, kita tidak bisa bekerja dengan model-model lama. Harus bekerja dengan terbososan dengan inovasi," tukas dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

SDM jadi kunci

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan, ada dua kunci untuk memenangkan persaingan global, yaitu meningkatkan pembangunan infrastruktur dan Sumber Daya Manusia (SDM). Dia menuturkan, pembangunan infrastruktur merupakan pondasi bagi Indonesia untuk memenangkan persaingan dengan negara lain.

"Jangan bermimpi kita bisa bersaing dengan negara lain dan memenangkannya kalau infrastruktur kita tertinggal," kata dia.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengaku telah membangun sejumlah proyek untuk mempercepat pembangunan infrastruktur di Indonesia. Proyek tersebut antara lain jalan tol, kereta api, bandar udara, hingga pelabuhan.

"Untuk percepatan itu telah dibangun misalnya di Kalimantan 24 proyek, di Sulawesi 27 proyek, di Maluku, Papua 13 proyek, di Sumatera 61 proyek dan di tempat-tempat lainnya," ujar dia.

Jokowi meminta agar para pekerja konstruksi kerja keras mempercepat pembangunan infrastruktur di Indonesia. Lebih dari itu, Jokowi mengatakan, pekerja juga harus dibekali dengan kemampuan yang andal dan terlatih.

"Infrastruktur bukan hanya membutuhkan tenaga konstruksi dalam jumlah yang besar. Tapi kita juga perlu menyiapkan tenaga kerja konstruksi yang terlatih yang terampil bersertifikat," jelas dia.

Dia berharap, dengan adanya sertifikat tenaga kerja konstruksi ini, dapat meningkatkan kualitas SDM. Para pekerja konstruksi juga diharapkan mampu dalam mengelola infrastruktur.