Liputan6.com, Jakarta Putra mahkota Arab Saudi Mohammed Bin Salman menangkap 11 pangeran Arab terkait kasus korupsi. Dari 11 nama tersebut, ada satu nama yaitu Pangeran Alwaleed bin Talal.
Alwaleed dikenal sebagai orang terkaya di dunia dan masuk jajaran Forbes. Dia juga punya gurita bisnis lewat perusahaannya Kingdom Holding. Yang menarik, Pangeran Alwaleed punya koneksi dengan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump. Bahkan keduanya pernah terlibat perseteruan pada 2015 lalu.
Meski perseteruan itu terjadi di sosial media, keduanya nampak kesal satu sama lain. Hal itu terjadi pada masa kampanye Donald Trump yang dinilai mendiskreditkan orang Muslim.
Advertisement
Baca Juga
Pangeran Alwaleed secara langsung mencuit ke akun twitter Donald Trump. Mengatakan bahwa Trum adalah aib tak hanya untuk GOP (grand old party/Partai Republik) melainkan untuk seluruh orang Amerika Serikat.
Dia juga berharap Trump mengundurkan diri dari pencalonan Presiden AS yang diyakininya tak akan pernah dimenangkan Trump.
"@realDonaldTrump You are disgrace not only to GOP but to all America. Withdraw from the US presidential race as you will never win," tulis sang Pangeran melalui akunnya Alwaleed_Talal pada 12 Desember 2015 lalu.
Diketahui pada masa kampanyenya, Trump pernah memberikan pernyataan kontroversial yang melibatkan orang Muslim. Dia melarang orang Muslim datang ke Amerika Serikat jika terpilih jadi presiden.
Menanggapi cuitan dari Alwaleed, Trump pun membalas bahwa Alwaleed ingin menguasai politik Amerika Serikat dengan uang ayahnya. Trump menyebut itu tak akan bisa jika dia terpilih jadi Presiden.
"Dopey Prince @Alwaleed_Talal wants to control our U.S. politicians with daddy’s money. Can’t do it when I get elected. #Trump2016" ujar Trump di hari yang sama.
Sebenarnya, hubungan Trump dan Alwaleed sebelumnya baik-baik saja. Bahkan Pangeran Alwaleed pernah membantu Trump saat pengusaha properti Amerika Serikat ini mengalami masalah keuangan.
Dilansir CNBC, Senin (6/11/2017), antara tahun 1991-1995, Pangeran Alwaleed menyelamatkan Trump, yang punya masalah keuangan. Bin Talal membeli kapal pesiar Trump dan membantu jaringan bisnis Trump keluar dari masalah.
11 Pangeran Ditangkap
Hanya dalam itungan jam setelah didirikan, lembaga antikorupsi Arab Saudi yang dipimpin Putra Mahkota Mohammed bin Salman melakukan penangkapan besar-besaran.
Sebanyak 11 pangeran, empat menteri, dan belasan mantan menteri ditahan pada Sabtu malam 4 November 2017. Salah satunya adalah Pangeran Alwaleed bin Talal, yang namanya masuk daftar orang terkaya di dunia versi Forbes.
Penangkapan bos King Holding Company tersebut diungkap salah satu bawahannya, secara anonim, kepada The Associated Press.
Menggunakan bendera King Holding Company, Pangeran Alwaleed bin Talal diketahui punya investasi di sejumlah perusahaan ternama seperti Twitter, Apple, News Corporation, Citigroup, jaringan hotel Four Seasons, dan perusahaan layanan berbagi transportasi asal Amerika Serikat Lyft.
Alwaleed adalah cucu dari pendiri Arab Saudi, Raja Abdulaziz al-Saud, dan keponakan raja yang menjabat saat ini, Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud.
Ia juga dikenal sebagai sosok yang blak-blakan, telah lama memposisikann diri sebagai pembela hak-hak perempuan di Arab Saudi. Alwaleed juga pemilik mayoritas Rotana Group.
Sejauh ini, pihak Pemerintah Arab Saudi hanya mengumumkan bahwa penyelidikan antikorupsi sedang dilakukan. Sementara, media yang dekat dengan penguasa, Al Arabiya melaporkan bahwa sejumlah pangeran dan menteri ditangkap, tanpa menyebut siapa saja nama mereka.
Sementara itu, seperti dikutip dari CNN, Minggu (5/11/2017), juga ada dalam daftar mereka yang ditangkap adalah kepala staf istana kerajaan Khaled Al-Tuwaijri, pengusaha media Waleed Al-Ibrahim, dan Pangeran Turki Bin Nasser.
Badr Asaker, manajer biro Putra Mahkota Mohamed bin Salman, mengungkapkan daftar sejumlah nama yang ditahan melalui akun Twitter miliknya.
Selain itu, tiga menteri dikeluarkan dari jabatan mereka, dan puluhan mantan menteri ditahan, sebagai bagian dari kampanye antikorupsi baru yang diprakarsai oleh Raja Salman bin Abdulaziz Al-Saud, demikian seperti dikabarkan Al Arabiya.
"Raja Salman memerintahkan inisiatif antikorupsi baru sebagai bagian dari agenda reformasi aktif yang bertujuan menanggulangi masalah terus-menerus yang telah menghambat usaha pembangunan di Kerajaan dalam beberapa dekade terakhir," demikian diungkap dalam siaran pers Kementerian Komunikasi Arab Saudi.
Advertisement