Sukses

Masuk Daftar Paradise Papers, Thomas Lembong Angkat Suara

Dokumen keuangan dalam skala besar, jumlahnya sekitar 13,4 juta, bocor ke publik.

Liputan6.com, Jakarta - Dokumen keuangan dalam skala besar, jumlahnya sekitar 13,4 juta, bocor ke publik. Bocoran yang dinamakan Paradise Papers (Dokumen Surga) mengungkap informasi terkait investasi orang kaya di negara surga pajak (tax haven).

Bukan pertama kali. Sebelumnya, dokumen serupa dengan nama Panama Papers juga beredar ke publik. Menariknya, dalam Paradise Papers tersebut, terdapat beberapa nama tokoh-tokoh dari Indonesia. Salah satunya adalah Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong. 

Pria yang pernah juga mendapat sebagai Menteri Perdagangan ini pun angkat bicara meskipun tak banyak. Menurutnya, hal itu sebagai hal yang biasa.

"Di bidang private equity, tentunya menggunakan entitas di tempat seperti Cayman Islands itu rutin. Sebanyak 99 persen dari investasi private equity melalui entitas di yuridiksi-yuridiksi seperti Cayman Islands," kata dia di Kantor BKPM Jakarta, Senin (6/11/2017).

Dikutip dari TEMPO, informasi mengenai Paradise Papers berasal dari dua firma yang kerap menyediakan jasa layanan perusahaan offshore bernama Appleby dan Asiaciti Trust. Selain itu, data ini juga berasal dari pusat data di 19 yuridiksi suaka pajak lainnya.

Dalam data tersebut terdapat nama pebisnis Rusia dan Menteri Perdagangan Amerika Serikat Wilbur Ross. Selain itu, ada juga temuan yang mengaitkan penyandang dana utama Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau serta perusahaan investasi pribadi milik Ratu Elizabeth II dari Inggris.

Total ada 120 politikus dari seluruh dunia yang namanya tersangkut dalam dokumen ini, termasuk Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Thomas Trikasih Lembong.  

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

2 dari 2 halaman

Sembunyikan kekayaan

Untuk diketahui, sebuah penyelidikan terbaru diungkap ke publik minggu ini, diberi nama Paradise Papers. Penyelidikan tersebut menelisik keterlibatan pebisnis papan atas, pimpinan pemerintahan, tokoh dalam bidang politik, global dan hiburan dalam hal menyembunyikan kekayaan mereka demi menghindari incaran pajak.

Dilansir dari The Guardian, Senin (6/11/2017), detail mengenai informasi tersebut ada dalam 13,4 juta dokumen. Sebagian besar arsip itu memberi informasi mengenai cara-cara picik perusahaan papan atas dunia menyembunyikan kekayaan mereka.

Mereka menggunakan kerumitan struktur yayasan dan perusahaan-perusahaan tertutup untuk melindungi uang mereka dari otoritas pajak atau menyembunyikan transaksi mereka. Meski demikian, sebagian besar transaksi ini disebutkan tidak melanggar hukum.

Sama halnya dengan Skandal Panama Papers yang diungkap tahun lalu, dokumen itu diperoleh oleh surat kabar Jerman Süddeutsche Zeitung, yang kemudian meminta International Consortium of Investigative Journalists (ICIJ) atau Konsorsium Jurnalis Investigatif untuk melakukan penyelidikan.

Pengungkapan ini akan memberi tekanan pada para pemimpin dunia, termasuk Trump dan perdana menteri Inggris, Theresa May. Hal ini bertolak belakang dengan keputusan mereka yang telah berjanji untuk mengekang skema penghindaran pajak agresif.

Publikasi Paradise Papers dilakukan oleh lebih dari 380 wartawan dan menghabiskan waktu selama 1 tahun. Mereka menyisir berbagai data yang didapat dari 70 tahun silam.

Penemuan Paradise Papers ini sangat mengejutkan, apalagi di tengah ketimpangan pendapatan global yang makin meningkat.