Liputan6.com, Jakarta PT Surveyor Indonesia (Persero) membangun laboratorium terpadu di Sentul, Bogor. Laboratorium ini berdiri di atas lahan seluas 3.000 meter persegi.
Adapun nilai investasi perusahaan untuk membangun laboratorium terpadu tersebut mencapai Rp 69,2 miliar.Â
Di lokasi ini nantinya akan terdapat lima jenis laboratorium, berada dalam satu gedung. Lima laboratorium itu adalah lab pelumas, lab emas, lab ban dan velg, lab lingkungan dan lab baja.
Advertisement
Baca Juga
"Semua ini kita bangun dalam rangka mendukung penerapan SNI dalam negeri, ini juga hasil koordinasi kami dengan Kementerian Perindustrian," kata Direktur Utama Surveyor Indonesia (SI) M Arif Zainuddin di Kementerian BUMN, Selasa (7/11/2017).
Saat ini pembangunan laboratorium memasuki tahap kontruksi gedung. Tidak hanya gedung, di kawasan ini nantinya juga akan dilengkapi gudang.
Tidak hanya sebagai pendukung proyek yang tengah dikerjakan, laboratorium ini juga akan dikomersialisasi bagi perusahaan lain yang membutuhkan. Karena tidak semua perusahaan jasa survey dan konsultan memiliki laboratorium.
"Kalau untuk laboratorium emas ini sebagai pendukung karena beberapa proyek yang akan kita garap itu harus mensyaratkan memiliki laboratorium," tegas dia.
Dari investasi tersebut, yang paling banyak adalah pengadaan alat dan mesin untuk laboratorium pelumas.
"Tahun depan yang siap operasi itu laboratorium pelumas, emas dan lingkungan. Sedangkan untuk yang velg dan ban itu baru anggaran tahun depan, jadi akan selesai 2019," tutup dia.Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kantongi Pendapatan Rp 631 Miliar
PT Surveyor Indonesia (Persero) mencatatkan kinerja positif hingga akhir kuartal III 2017. Ini ditunjukkan dari perolehan laba.
Direktur Utama Surveyor Indonesia (SI) M Arif Zainuddin mengatakan, laba sebelum pajak yang sudah dicapai hingga akhir September mencapai Rp 118 miliar atau naik 58 persen dibandingkan periode sama tahun lalu. Sementara jika dihitung dari laba bersih setelah pajak, SI memperoleh laba Rp 76,8 miliar dari prognosa perusahaan 2017 sebesar Rp 98 miliar.
"Laba ini kita peroleh dari hasil efisiensi yang kami lakukan di internal, sehingga kenaikannya lumayan tinggi," kata dia di Kementerian BUMN, Selasa (7/11/2017).
Baca Juga
Kemampuan perusahaan dalam menjalankan efisiensi ini terlihat dari perolehan pendapatan perusahaan yang tumbuh 14 persen menjadi Rp 631 miliar hingga September 2017.
Arif menambahkan pendapatan terbesar diperoleh dari lini bisnis perusahaan di jasa sektor mineral dan batu bara yang menyumbang Rp 185 miliar dan jasa sektor minyak dan gas sebesar Rp 184 miliar.
Adapun proyek di jasa sektor mineral dan batu bara yang menjadi andalan peruashaan adalah proyek menentukan kualitas dan kuantitas batu bara dari PLN sebagai bahan baku pembangkit listrik.
"Sementara kalau di sektor migas itu ada proyek kita dengan Pertamina mengenai kargo oil monitoring. Di sini kita diminta menekan oil loses baik dalam distribusi hingga di tangki timbun," tegas Arif.
Dengan sisa masa kerja dua bulan ini, Arif optimistis akan mencapai target pembukuan yang ditetapkan Surveyor Indonesia. Hal ini kemudian akan dilanjutkan dengan kinerja lebih baik di 2018. (Yas)
Â
Â
Advertisement