Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak melemah pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta), setelah pada perdagangan sehari sebelumnya mencetak rekor tertinggi sejak Juli 2015.
Pendorong pelemahan harga minyak adalah ketegangan yang meningkat antara Arab Saudi dan Iran serta tindakan keras dari pangeran mahkota Arab Saudi yang menegakkan kekuasaannnya.
Mengutip Reuters, Rabu (8/11/2017), harga minyak mentah Brent turun 58 sen atau 0,9 persen ke level US$ 63,69 per barel setelah mengalami kenaikan hingga 3 ,5 persen pada perdagangan Senin.
Advertisement
Sedangkan untuk harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun 15 sen atau 0,3 persen menjadi US$ 57,20 per barel.
Pangeran Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman melakukan penangkapan terhadap bangsawan, menteri dan juga investor yang melakukan korupsi. Tindakan ini disebut sebagai langkah awal pembersihan.
Baca Juga
Saat ini, Otoritas Arab Saudi mengumumkan akan membekukan rekening bank para anggota kerajaan, pejabat dan elite politik yang ditangkap atas tuduhan korupsi pada 4 November lalu.
Pihak berwenang juga mengatakan, 'tidak akan ada perlakuan istimewa dalam penanganan kasus mereka'.
Sentimen lain yang mempengaruhi harga minyak adalah ketegangan yang meningkat antara anggota organisasi pengekpor minyak (OPEC) yaitu Arab saudi dan Iran. Menurut para analis sentimen ini lebih menggerakkan harga minyak di pasar.
"Arab Saudi benar-benar akan melawan Iran dan itu menurut saya tidak hanya menjadi fokus domestik saja tetapi sudah menjadi fokus dunia internasional," jelas analis Petromatrix Olivier Jakob.
"Di satu sisi, ini meningkatkan risiko geopolitik global itu akan memberikan dampak positif ke harga minyak. Namun di sisi lain, hal ini akan mengganggu kesepakatan OPEC sehingga berpengaruh buruk bagi harga minyak," tambah dia.
OPEC yang dipimpin oleh Arab Saudi tela sepakat untuk mengurangi produksi minyak mentah sebesar 1,8 juta barel per hari. Selain anggota OPEC, kesepakatan ini juga diikuti 10 negara lain di luar OPEC termasuk Rusia. Kesepakatan ini akan berlangsung sampai Maret 2018.
"Saat ini ada gagasan untuk memperpanjang kesepakatan. Hal tersebut juga membuat harga minyak terus terombang-ambing," kata director of market research Tradition Energy di Stamford, Connecticut,Gene McGillian.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Cetak rekor
Pada perdagangan sehari sebelumnya, harga minyak naik ke level tertinggi sejak Juli 2015. Hal ini ditopang oleh kemampuan dari Putra Mahkota Arab Saudi dalam memberantas korupsi.
Pangeran Mohammed bin Salman melakukan reformasi termasuk rencana untuk listing perusahaan minyak Saudi Aramco tahun depan. Harga minyak yang tinggi menjadi keuntungan untuk kapitalisasi pasar perusahaan tersebut.
Hanya dalam itungan jam setelah didirikan, lembaga antikorupsi Arab Saudi yang dipimpin Putra Mahkota Mohammed bin Salman melakukan penangkapan besar-besaran.
Sebanyak 11 pangeran, empat menteri, dan belasan mantan menteri ditahan pada Sabtu malam 4 November 2017. Salah satunya adalah Pangeran Alwaleed bin Talal, yang namanya masuk daftar orang terkaya di dunia versi Forbes.
Penangkapan bos King Holding Company tersebut diungkap salah satu bawahannya, secara anonim, kepada The Associated Press.
Menggunakan bendera King Holding Company, Pangeran Alwaleed bin Talal diketahui punya investasi di sejumlah perusahaan ternama seperti Twitter, Apple, News Corporation, Citigroup, jaringan hotel Four Seasons, dan perusahaan layanan berbagi transportasi asal Amerika Serikat Lyft.
Alwaleed adalah cucu dari pendiri Arab Saudi, Raja Abdulaziz al-Saud, dan keponakan raja yang menjabat saat ini, Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud.
Advertisement