Liputan6.com, Jakarta PT Bank Negara Indonesia (Persero) atau BNI belum berencana menambah unit anjungan tunai mandiri (ATM) pada tahun depan. Hal ini dilakukan mengingat bank plat merah tersebut telah bergabung dalam Himbara dan memiliki ATM bersama bernama ATM Merah Putih.
Direktur Bisnis Menengah BNI Putrama Wahju Setyawan mengatakan, sebelum ada ATM bersama ini, banyak wilayah yang tidak terjangkau oleh masing-masing bank BUMN, termasuk BNI. Namun adanya ATM Merah Putih terbukti mampu mengisi kekosongan tersebut.
Baca Juga
"Dulu dengan penggunaan ATM kalau sendiri-sendiri ini ada blank spot," ujar dia di Kantor Pusat BNI, Jakarta, Rabu (8/11/2017).
Advertisement
Namun dengan adanya ATM Merah Putih ini, lanjut dia, maka penambahan unit ATM tidak lagi menjadi prioritas perseroan. Dan dengan adanya ATM bersama ini, BNI bisa merelokasi ATM yang berada di satu titik dengan ATM bersama ke tempat lain yang belum terjangkau.
"Ini dengan ATM bersama menambah ATM tidak jadi priotitas. Dengan adanya ATM bersama kita bisa relokasi. Dari jumlah tidak menambah," tandas dia.
Sebagai informasi, BNI saat ini memiliki sekitar 16 ribu ATM yang tersebar di seluruh Indonesia. BNI juga memiliki 1.714 outlet yang tersebardi 34 provinsi dan 384 kabupaten.
Bank BNI Kantongi Laba Rp 10,16 Triliun di Kuartal III
BNIÂ mencatatkan laba bersih Rp 10,16 triliun hingga kuartal III 2017. Laba tersebut tumbuh 31,6 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya Rp 7,72 triliun.
"Kenaikan laba bersih ini terutama ditopang oleh penyaluran kredit BNI yang tumbuh 13,3 persen atau lebih cepat dibandingkan pertumbuhan kredit industri yang berada pada level 8,2 persen per Juli 2017," kata Wakil Direktur Utama BNI Herry Sidharta, di Jakarta, Kamis (12/10/2017).
Dia menjelaskan, BNI menyalurkan kredit sebesar Rp 421,41 triliun pada kuartal III 2017. Laba tersebut lebih tinggi 13,3 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya Rp 372,02 triliun.
Segmen business banking memiliki komposisi 78,3 persen dari total kredit. Kredit ini sebesar Rp 329,75 triliun atau tumbuh 13,9 persen dibanding periode sama tahun lalu Rp 289,47 triliun.
Pada business banking, segmen korporasi 23,6 persen dari total kredit, BUMN 19,4 persen, segmen menengah 16,1 persen dan segmen kecil 12,8 persen.
"Di samping kredit sektor business banking, BNI juga mengucurkan pembiayaan ke sektor bisnis konsumer yang teralokasikan sebesar 16,3 persen dari total kredit atau sebesar Rp 68,53 triliun, tumbuh 9,2 persen di atas realisasi periode yang sama tahun 2016 sebesar Rp 62,73 triliun," jelas dia.
Strategi yang dilakukan dengan mendorong pertumbuhan kredit di atas industri yakni, pertama, menggali potensi pasar pembiayaan BUMN dengan fokus pada proyek infrastruktur dan sektor industri yang memiliki risiko rendah dan terkontrol.
Kedua, mengoptimalkan jaringan dan outlet untuk mampu menggarap potensi pasar yang ada. Ketiga, menggali potensi supply chain debitor korporasi untuk menangkap potensi debitur baru.
Untuk meningkatkan penyaluran kredit ke segmen Korporasi, perusahaan melaksanakan paduan strategi.
"Pertama, fokus pada pembiayaan proyek infrastruktur dan BUMN. Kedua, fokus pada pembiayaan sektor berisiko rendah seperti pertanian dan perkebunan. Ketiga, tidak melakukan ekspansi ke sektor yang berisiko cukup tinggi karena faktor eksternal, seperti pertambangan," kata dia.
Perseroan menghimpun dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp 480,53 triliun atau naik 19,6 persen dibanding periode yang sama tahun lalu Rp 401,88 triliun.
Komponen dana murah (current account saving account/CASA) menunjukan peningkatan. Komposisinya dari 59,7 persen dari total DPK menjadi 60,4 persen pada kuartal III tahun ini.
Â
Advertisement