Sukses

Pengembang Hunian Vertikal Ketiban Untung dari Generasi Milenial

Pengembang hunian vertikal akan mendapat untung dari generasi milenial, yakni masyarakat yang berusia 18 hingga 34 tahun.

Liputan6.com, Jakarta - Pengembang hunian vertikal akan mendapat untung dari generasi milenial, yakni masyarakat yang berusia 18 hingga 34 tahun. Terlebih, tingkat kemacetan di Ibu Kota tinggi.

Marketing Director Green Pramuka City Jeffry Yamin mengatakan, kemacetan yang belum teratasi di Ibu Kota membuat masyarakat memilih untuk mencari hunian yang berdekatan dengan tempat kerja mereka.

"Bayangkan berapa waktu yang harus dihabiskan pengendara mobil di Jakarta akibat terjebak macet. Belum kerepotan lain akibat mencari parkir. Itu sebabnya hunian vertikal yang ada di pusat-pusat bisnis kini menjadi incaran," kata dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (9/11/2017).

Dia melanjutkan, saat ini terdapat fenomena dari generasi milenial yang memilih menunda pembelian atau tinggal di rumah. Menurutnya, mereka lebih senang tinggal di apartemen yang praktis dan memiliki nilai jual yang terus merangkak naik.

"Tentu saja, untuk itu haruslah apartemen yang berada pada lokasi-lokasi strategis sehingga mendukung mobilitas generasi milenial yang tinggi. Bandingkan dengan perumahan dengan harga terjangkau ada di kawasan yang jauh dari pusat kota," tuturnya.

Menariknya, kata dia, generasi milenial tidak terlalu memikirkan kendaraan pribadi seperti mobil untuk mendukung aktivitas. Dia bilang, ada kecenderungan beralih pada transportasi publik untuk menghemat biaya.

Tidak heran jika banyak apartemen, terutama di kawasan strategis, menawarkan kemudahan akses untuk penghuninya.

"Itulah sebabnya lokasi apartemen akan berhubungan erat dengan kepentingan seseorang. Di luar pertumbuhan nilai investasi, pemilihan lokasi apartemen dipertimbangkan yang paling dekat dengan kantor atau kampus," kata dia.

Selain itu, dia bilang, generasi milenial merupakan generasi haus teknologi. Mereka terbiasa hidup praktis sehingga tak bisa jauh sambungan internet. Dengan begitu, apartemen di pusat kota dengan infrastruktur dan teknologi baik menjadi pilihan mereka.

"Tantangan bagi pengembang hunian vertikal tentu saja harus mampu memenuhi tuntutan generasi milenial yang akan menjadi pangsa pasar properti saat ini. Jika hal ini mampu dipenuhi maka pasar apartemen akan tetap seksi," tandas dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Takut beli rumah

Generasi milenial saat ini cenderung takut untuk membeli rumah. Sebab, membeli rumah berarti harus memiliki komitmen besar. Harganya yang mahal membuat Anda merogoh kocek dalam-dalam untuk bisa memilikinya.

Ditambah harga rumah baru terus melonjak, sementara di sisi lain kenaikan pendapatan atau gaji yang dikantongi tak mampu mengejar peningkatan harga tersebut.

Dengan demikian, butuh waktu cukup lama untuk meningkatkan pendapatan. Inilah yang menjadi penyebab utama kenapa generasi milenial seakan ragu-ragu membeli rumah.

Dikutip dari CNBC, Agustus lalu, generasi milenial kini lebih suka menyewa atau mengontrak rumah. Hal ini akan mereka lakukan terus-menerus sampai mereka merasa nyaman dan merasa mampu untuk membeli rumah dengan segala konsekuensi.

Permintaan rumah kaum milenial memang mengalami stagnasi atau berhenti sesaat akibat faktor ekonomi, yaitu tingkat pengangguran yang tinggi, tidak adanya kenaikan upah, dan tidak tersedianya kucuran kredit serta harga tak terjangkau untuk mereka.

Pembelian rumah yang semakin melemah pada generasi milenial ini membuat akibat lain. Salah satunya adalah generasi ini menunda untuk menikah dan membangun keluarga. Hal ini karena mereka memiliki pemikiran jika mereka belum memiliki rumah berarti mereka belum mapan dan belum bisa menghidupi orang lain.