Sukses

Mutiara Asal Maluku Ini Dijual Rp 100 Juta per Butir, Mau Beli?

Mutiara dengan warna keemasan itu menjadi yang terbesar dan termahal di pameran mutiara tersebut.

Liputan6.com, Jakarta Indonesia Pearl Festival (IPF) ke-7 yang berlangsung di Lippo Mall Kemang, Jakarta, pada 7-12 November ini menjual mutiara laut selatan (South Sea Pearl) dengan ukuran diameter 18,80 milimeter (mm) seharga Rp 100 juta per butir. Mutiara dengan warna keemasan itu menjadi yang terbesar dan termahal di pameran mutiara tersebut.

Dari pantauan Liputan6.com, Jakarta, Minggu (12/11/2017), mutiara emas tersebut milik CV. Rosario Mutiara. Direktur Rosario Mutiara, Ambrosius Kengrry Retanubun menunjukkan mutiara laut selatan ini.

Saat diukur dengan sebuah alat khusus, diameter mutiara dari Maluku itu mencapai 18,80 mm. Kengrry mengaku, harga jualnya senilai Rp 100 juta per butir. "Iya ini mutiara yang terbesar dan termahal di IPF ke-7. Berasal dari Maluku," ujarnya saat berbincang dengan Liputan6.com.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (KKP), Nilanto Perbowo mengatakan, ukuran diameter mutiara terbesar yang ada di pameran ini 18,6 milimeter (mm) untuk warna emas, dan warna putih berukuran 15,4 mm.

"Harganya satu butir Rp 100 juta. Mutiara tadi itu diusahakan dibesarkan di Indonesia. Karena mutiara ‎dari luar negeri sejatinya berasal dari Indonesia, seperti di Raja Ampat, Maluku, NTT, NTB. Untuk memberikan nilai tambah, kita harus lebih inovatif mendesain mutiara ini," ujarnya.

2 dari 2 halaman

Belanja Mutiara Rp 20 Miliar

Asosiasi Budidaya Mutiara Indonesia (Asbumi) memperkirakan target penjualan mutiara laut dalam acara Indonesia Pearl Festival (IPF) sekitar Rp 20 miliar‎ selama 7-12 November 2017 di Lippo Mall Kemang, Jakarta. Target tersebut naik tipis dibanding realisasi penyelenggaraan IPF ke-6 tahun lalu sebesar Rp 17 miliar dalam enam hari.

Ketua Panitia IPF ke-7, Yana Rifki, ‎mengungkapkan penyelenggaraan pameran mutiara ke-7 ini berlangsung selama enam hari. Diikuti oleh 36 booth atau stan mutiara, sembilan stan penunjang dan lima stan Industri Kecil Menengah (IKM).

"Sejak 7-11 November atau kemarin, nilai transaksi penjualan mutiara di pameran ini sebesar Rp 2,19 miliar dan transaksi lelang mutiara sebesar Rp 711,33 juta. Ini nilai transaksi belum termasuk hari ini ya," kata Yana saat Penutupan IPF 2017 di Jakarta, Minggu (12/11/2017).

Sementara itu, Ketua Umum Asbumi, Anthony Tanios, memperkirakan total nilai transaksi penjualan mutiara selama enam hari sampai jam 10 malam ini mencapai sekitar Rp 20 miliar. Jumlah ini naik tipis dari capaian IPF sebelumnya senilai Rp 17 miliar.

"Perkiraan kami bisa Rp 20 miliar sampai penutupan hari ini, belum termasuk nilai lelang ya. Kan, Rp 2,19 miliar itu transaksi kemarin. Banyak orang yang book dulu mutiara, dan baru hari ini terjadi transaksi, jadi bisa ‎Rp 20 miliar lebih dikit-lah," tuturnya.

Menurut Anthony, kenaikan penjualan yang tipis ini karena kalangan menengah ke ‎atas lebih menahan belanja, sehingga terpengaruh ke perlambatan penjualan.

"Pasti ada pengaruh dari penahanan belanja dari masyarakat, ‎termasuk kelesuan pasar dunia. Ini kan semua ada masanya, masyarakat lagi susah, dan stagnansi ini sudah terjadi dari tahun lalu dan sampai sekarang masih ada efeknya. Sekarang agak tertolong karena konsumsi beralih dari mutiara air tawar ke mutiara laut Selatan," katanya.

Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (KKP), Nilanto Perbowo, mengatakan ukuran diameter mutiara terbesar yang ada di pameran ini 18,6 milimeter (mm) untuk warna emas, dan warna putih berukuran 15,4 mm.

"Harganya satu butir Rp 100 juta. Mutiara tadi itu diusahakan dibesarkan di Indonesia. Karena mutiara ‎dari luar negeri sejatinya berasal dari Indonesia, seperti di Raja Ampat, Maluku, NTT, NTB. Untuk memberikan nilai tambah, kita harus lebih inovatif mendesain mutiara ini," jelasnya.