Liputan6.com, Jakarta Industri properti diprediksi akan tumbuh 8 persen pada 2018 dibandingkan tahun ini. Dampak pelemahan ekonomi global yang berimbas pada ekonomi nasional selama dua tahun terakhir serta adanya pemilihan kepala daerah DKI Jakarta membuat kalangan menengah atas menahan diri dari membeli aset properti.
Demikian analisis pengamat properti Panangian Simanungkalit. Menurutnya, kelesuan ekonomi membuat terjadinya penurunan pada sektor penjualan residensial seperti apartemen, rumah, dan ruko.
Pada 2018, angka pertumbuhan bisa mencapai 10 persen jika pilkada serentak nanti berjalan lancar dan tidak ada masalah sosial.
Advertisement
“Dampak ekonomi yang melambat berakibat pada banyaknya properti kosong yang tidak bisa menghasilkan uang. Bahkan ada beberapa daerah yang nilai propertinya mengalami koreksi harga," jelas dia, Jumat (17/11/2017).
Dia mencontohkan Kelapa Gading. Diprediksi harga ruko yang sebelumnya seharga Rp 18 miliar menjadi Rp 12 miliar. "Beberapa daerah lain, seperti BSD, Alam Sutera, dan Pantai Indah Kapuk juga mengalami hal yang sama,” dia menambahkan.
Saat ini, tambah Panangian, properti yang nilainya di bawah Rp 1 miliar lebih diminati oleh pasar, khususnya kaum milenial. Sebab itu, orientasi pengembang tahun ini mengarah kepada pembangunan produk properti yang bisa dijangkau oleh pangsa pasar tersebut.
Apalagi segmen ini berpotensi untuk terus tumbuh hingga sepuluh tahun mendatang. “Daya beli kelompok milenial didukung oleh orang tua mereka yang sudah mapan secara ekonomi. Kemampuan mereka sendiri dalam membeli properti hanya berkisar antara Rp 500 juta hingga Rp 1 miliar," tutur dia.
Tonton Video Pilihan Ini:
Tujuan Milenial Beli Properti
Jumlah penduduk kaum milenial ini akan terus bertambah secara signifikan karena adanya bonus demografi sehingga berpengaruh terhadap industri ini. Kaum milenial dikatakan membeli properti lebih karena kebutuhan dibandingkan investasi.
“Mereka membeli properti karena faktor kebutuhan. Biasanya setelah memiliki rumah pertama, barulah mereka membeli rumah kedua sebagai aset tidak bergerak,” kata Panangian.
Dia menilai pasar milenial adalah potential market yang akan terus meningkat hingga mencapai puncaknya pada 2030. Bank-bank pemberi kredit perumahan pun saat ini telah membuka diri agar bisa diakses oleh generasi ini.
“Salah satu bank pemerintah telah serius menggarap kredit perumahan untuk segmen pasar ini,” ungkap dia.
Advertisement