Sukses

Menperin: Insinyur Harus Mampu Baca Revolusi Industri

Para insinyur, bukan hanya di Indonesia tetapi juga di negara lain, harus mampu memberikan kontribusi terhadap perkembangan industri.

Liputan6.com, Jakarta - Para insinyur, bukan hanya di Indonesia tetapi juga di negara lain, harus mampu memberikan kontribusi terhadap perkembangan industri. Terlebih lagi saat ini di seluruh belahan dunia, termasuk Indonesia akan memasuki revolusi industri keempat atau Industry 4.0.

Hal tersebut disampaikan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam Konferensi Organisasi Insinyur se-ASEAN atau‎ Asean Federation Engineering Organization (AFEO) di Bangkok, Thailand.

Menurut dia, tantangan yang dihadapi oleh insinyur saat ini adalah harus memahami perkembangan di dunia saat ini, seperti mulainya era revolusi industri keempat. “Di mana revolusi ini dirasakan di seluruh dunia dan diperbincangkan di antara para insinyur,” ujar dia di Bangkok, Thailand, Minggu (19/11/2017).

Airlangga menjelaskan, Industry 4.0 ini merupakan isu penting, karena lembaga dunia seperti World Economic Forum dan The United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) serta negara maju dan berkembang berupaya untuk membuat kebijakan dalam menghadapi jalannya revolusi industri tersebut.

“Kami melihat negara-negara berupaya menyesuaikan sektor manufakturnya. Para insinyur, mulai dari Amerika Serikat, Eropa hingga Asia, serta pendidikan engineering semakin dirasa vital untuk mendukung kemajuan sektor manufaktur,” kata dia.

Berdasarkan pengamatannya, saat ini ASEAN mulai fokus membangun pendidikan dan pelatihan vokasi serta mengembangkan universitas sebagai sebuah pusat unggulan untuk menciptakan inovasi di sektor manufaktur.

Hal tersebut diyakini akan mendorong peningkatan pada daya saing negara dan pertumbuhan perekonomian sehingga mampu membawa dampak kepada kesejahteraan masyarakat.

“Kami meyakini ASEAN pada dekade selanjutnya dapat menjadi wilayah yang memimpin menjadi future of production, dengan basis internet of everything sebagai infrastruktur utamanya,” ungkap dia.

Airlangga optimistis target tersebut bisa terwujud karena ASEAN memiliki potensi yang kuat untuk mencapainya. Hal ini karena ASEAN memiliki keunggulan besar yang didukung oleh pertumbuhan ekonomi regional yang stabil dan persentasenya lebih besar daripada pertumbuhan ekonomi dunia.

“ASEAN didukung oleh beberapa faktor enabler lainnya, seperti populasi penduduk usia muda, kelas menengah yang tumbuh, infrastruktur digital yang berkembang, transformasi industri kecil dan menengah ke arah digital, serta konektivitas antarmanusia,” jelas dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

2 dari 2 halaman

Manufaktur ASEAN

Proses manufaktur di ASEAN semakin terhubung dengan rantai nilai dan rantai pasok di dunia serta aktif melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan. “Sebagai contoh, kami lihat terjadi transformasi di sektor food industry yang didorong dengan safety dan inovasinya, hingga ke level IKM,” tutur Airlangga.

Selain itu, dengan semakin banyak industri otomotif membuka pabrik di kawasan Asia Tenggara dan mulai mengembangkan kendaraan listrik yang menjadi peluang pasar cukup besar. “Industri elektronika juga akan menjadi bagian utama dari internet of everything,” lanjut dia.

Untuk mendukung transformasi tersebut, dia menyampaikan, AFEO mempunyai peran kunci sebagai think tank untuk ASEAN yang memberikan peta jalan bagi persiapan menghadapi Industry 4.0. “Bahkan, persiapan untuk 5th revolution, di mana smart city menjadi poin utama,” kata.

Dalam konferensi ini, Airlangga juga‎ mendapat anugerah AFEO Distinguished Honorary Fellow. Penghargaan tersebut diserahkan langsung oleh Chairman AFEO Thanes Weerasiri kepada Menperin dengan disaksikan Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Hermanto Dardak.

“Sebagai insinyur selama lebih dari 30 tahun, saya merasa bersyukur atas penghargaan ini dan berterima kasih atas dukungan semua pihak selama ini sehingga saya bisa terus berkontribusi kepada dunia keinsinyuran, terutama di ASEAN,” ungkap dia.

Airlangga memberikan apresiasi dan mengucapkan terima kasih kepada AFEO yang memberikan penghargaan ini. “Hidup sebagai insinyur merupakan proses terus-menerus dan profesi seumur hidup. Penghargaan ini memotivasi saya untuk memberikan kontribusi selanjutnya bagi dunia engineering di ASEAN,” tandas dia.