Liputan6.com, Jakarta Ekspansi pembukaan SPBU Pertamina tahun ini sedikit melambat jika dibanding tahun lalu. Hal ini karena sikap kehati-hatian perusahaan dalam meningkatkan pasar.
Direktur Utama Pertamina Retail Azwani mengatakan setiap tahunnya, perusahaan menargetkan pembukaan SPBU kurang lebih 10 SPBU. Namun khusus di akhir tahun ini, dipastikan tidak akan tercapai.
"Tahun ini baru nambah enggak banyak, sekitar 6 SPBU dan puluhan store lagilah. Tapi masih kami evaluasi lagi, karena kita tahulah sektor retail saat ini lagi shifting. Kita masih hati-hati untuk bisa menambah store lagi," kata Azwani di Kementerian BUMN, Senin (20/11/2017).
Advertisement
Sebenarnya, dia mengaku perusahaan bisa saja memaksakan untuk membuka SPBU dalam sisa waktu 1,5 bulan lagi di 2017. Hanya saja jika dihitung secara skala ekonomis, hal ini justru akan membebani neraca keuangan perusahaan.
Dengan demikian, pihaknya akan memasukkan rencana sisa ekspansi SPBU tahun ini ke 2018.
Azwani mengaku, enam SPBU yang sudah dibangun sepanjang 2017 mayoritas berada di Pulau Jawa, khususnya di Jabodetabek. Di setiap SPBU, dia memperkirakan harus berinvestasi kurang lebih Rp 10 miliar-Rp 15 miliar, tergantung dari lokasinya.
"Memang agak sulit sih ya, tergantung daerahnya. Kalau Jabodetabek kan Jakarta apalagi, kan lebih mahal. Kalau di luar Jawa mungkin lebih murah. Itu dinamis dan sangat tergantung lokasi mana yang kita ambil," tambah dia.
Meski terjadi pelambatan ekspansi, Azwani mengaku penjualan BBM hingga saat ini tetap tumbuh. Hingga kuartal III 2017, Pertamina tercatat sudah menjual 1,2 juta kilo liter (KL) BBM, meningkat 2-3 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
"Karena bertambahnya volume pemakaian oleh masyarakat, produksi otomotif meningkat dan ada tambahan dari jumlah SPBU sendiri,"Â dia menandaskan.
Pemerintah Diingatkan Soal Harga BBM Bersubsidi
Pemerintah mempertahankan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) solar subsidi dan premium penugasan, meski harga minyak dunia terus naik.
Pengamat Energi Pri Agung Rakhmanto menilai, pemerintah mengalami kemunduran dalam hal subsidi BBM. Pasalnya, dua tahun lalu beban subsidi telah terlepas karena harga BBM bersubsidi menyesuaikan kondisi harga pasar.
Baca Juga
"Kita berkutat ke subsidi lagi, sebelumnya 2 tahun ini sudah terlepas, tata kelola mundur lagi," kata Pri Agung di Bogor, Jawa Barat, Sabtu (18/11/2017).
Menurut Pri Agung, semakin ditahannya harga BBM bersubsidi dengan tidak menyesuaikan dengan harga minyak dunia‎, membuat beban pemerintah semakin berat.Â
"Pertamina terbebani. Kalau dulu dijalankan konsisten ada kenaikan tidak besar, tapi sekarang terlalu besar," tutur dia.
Bahkan dia memprediksi, pemerintah akan semakin berat menyesuaikan harga BBM bersubsidi ke depannya jika harga minyak dunia terus naik. Apalagi pada tahun depan sudah memasuki tahun politik.
‎"Ini political will. Sekarang pemerintah agak kehilangan momentum, kalau 2018 bisa lebih berat lagi," dia menandaskan.
Advertisement